Simak perbedaan opini antara Fahri Hamzah dengan Hendropriyono, mantan kepala BIN soal people power
TRIBUNNEWS.COM - Isu people power hangat dibicarakan publik jelang pengumuman hasil Pemilu 2019.
Termasuk mendapat tanggapan dari tokoh bangsa, mulai dari Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah hingga Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Hendropriyono.
Seperti diketahui, istilah people power atau gerakan massa ramai disebut terutama oleh tokoh-tokoh pendukung capres 02, Prabowo Subianto.
Baca: Sugeng Bebas Jika Alami Gangguan Jiwa, Namun Ini Jerat Hukumnya untuk Kasus Mutilasi di Malang
Bahkan belakangan ini, istilah tersebut mulai diganti dengan Gerakan Kedaulatan Rakyat oleh Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais.
Dikutip dari Kompas.com, Amien Rais meminta para pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tak lagi menggunakan istilah people power.
Sebab, pemakai istilah tersebut belakangan dijerat polisi dengan tuduhan makar.
Beberapa di antaranya Kivlan Zen, Eggi Sudjana, Permadi, dan Lieus Sungkharisma. Bahkan, Eggi Sudjana sudah berstatus sebagai tersangka dan kini ditahan.
"Eggi Sudjana ditangkap polisi karena bicara people power. Kita tidak gunakan people power, tapi gerakan kedaulatan rakyat," ujar Amien dalam acara "Mengungkap Fakta-fakta Kecurangan Pilpres 2019' di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (14/5/2019).
Baca: 4 Partai Bersaing, PKB Jauhi NasDem, Ini Hasil Real Count KPU Pileg 2019, Data Masuk Hampir 50%
Sementara itu, inilah perbedaan opini dari Fahri Hamzah dan Hendropriyono soal people power dirangkum Tribunews.com dari berbagai sumber.
1. Fahri Hamzah soal tembakan
TribunWow.com memberitakan, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menyinggung soal adanya gerakan massa atau people power yang akan terjadi pada 22 Mei 2019.
Hal ini disampaikan Fahri Hamzah yang diunggah melalui channel YouTube Fahri Hamzah Official, Senin (13/5/2019).
Fahri mengatakan saat 22 Mei tersebut, ada yang menyebutkan bahwa aparat akan sangat represif.