"Jadi saat ini kita semua tim siaga. Seperti yang saya sampaikan kemarin, ada 37 titik dilakukan di lapangan, kemudian ada 10 rumah sakit rujukan."
"Sejauh ini yang kami lihat di RSUD Tarakan memang ada (korban) peluru karet," kata Widyastuti, Rabu (22/5/2019).
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono membantah kabar yang menyatakan pihak kepolisian masuk ke dalam masjid untuk mengejar pengunjuk rasa.
"Kemudian ada isu, personel pengamanan masuk ke masjid-masjid untuk mengejar pengunjuk rasa adalah tidak benar," ujar Argo Yuwono saat dikonfirmasi, Rabu (22/5/2019).
Baca: Rangkuman Kerusuhan Aksi Massa 22 Mei 2019, Kericuhan di Depan Kantor Bawaslu-Area Asrama Brimob
Argo Yuwono menyebutkan kericuhan terjadi setelah segelintir massa melakukan provokasi.
Kericuhan terjadi setelah pihak kepolisian meminta massa aksi untuk pulang.
"Bahwa aksi demo kemarin sudah tertib dan bubar dengan damai."
"Tapi, malamnya ada segelintir orang yang sengaja membuat provokasi agar membuat warga terlibat."
"Tapi semua sudah bisa kita atasi," tutur Argo Yuwono.
Sejauh ini, personel Brimob dan Sabhara masih disiagakan di lokasi. Namun dirinya belum memastikan ada berapa jumlah personel yang disiagakan.
"Pers Pam Brimob, Sabhara, semua masih lengkap dikendalikan oleh Kapolres Jakpus (Kombes Harry Kurniawan) selaku Kapam obyek," jelas Argo Yuwono.
Baca: Polisi Bekuk Budiono yang Diduga Fasilitasi Aksi 22 Mei, Ini Fakta-fakta Tentangnya
Argo juga membantah informasi yang menyebutkan, polisi mengamankan aksi unjuk rasa di Kantor Bawaslu RI, Jakarta Pusat menggunakan peluru tajam.
"Polisi tidak ada yang pakai peluru tajam (untuk mengamankan aksi unjuk rasa)," kata Argo.
Tersebar sejumlah video di sosial media yang menyebutkan, polisi menggunakan peluru tajam untuk menyerang massa aksi unjuk rasa di depan kantor Bawaslu RI, Selasa (21/5/2019) malam.