Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono sebut jika ada pihak yang menginginkan perpecahan antara Joko Widodo (Jokowi) dengan Prabowo Subianto.
TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menyebutkan ada pihak yang menginginkan perpecahan antara capres terpilih Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin dan capres 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Diberitakan TribunWow.com dari video di saluran YouTube metrotvnews, Senin (1/7/2019), Arief Poyuono mengatakan ada pihak yang tak ingin Jokowi dan Prabowo terjadi rekonsiliasi.
"Yang pasti ada pihak yang tidak suka Pak Jokowi dan Pak Prabowo terjadi rekonsiliasi. Artinya ini pihak yang ingin mengacaukan selalu Indonesia, ya sudah pilpres sudah selesai, pileg sudah selesai, sudah tidak ada masalah," ujar Arief Poyuono melalui telewicara.
"Pak Prabowo sudah menghormati (hasil sengketa pilpres), mematuhi, yang mana nilai menghormati dan mematuhi itu lebih tinggi dari ucapan selamat," tambahnya.
"Nah inilah pihak ketiga yang masih saja di medsos, di media, di mana-mana yang terus mengkompori."
Pembawa acara kembali meminta nama dari pihak yang dimaksud oleh Arief Puyuono.
"Ya pokoknya ada. Ya ada saya enggak bisa sebutkan di sini. Tapi saya sudah mendapatkan nama-nama dan tokoh tersebut yang tidak menginginkan terjadinya rekonsiliasi. Ya terjadinya sebuah persatuan Indonesia ini," papar Arief Poyuono.
Arief Puyuono kembali ditanyakan di kubu mana pihak yang di maksud dirinya.
Ia mengatakan baik di kubu Jokowi maupun Prabowo, pihak yang ingin memecah belah ada.
"Ya di kedua belah pihak lah, tapi kan saya tidak ingin mengatakan, tapi saya dengan ini sudah mendapatkan beberapa nama-nama yang ingin mengacaukan terus," kata Arief.
Berkilah berulang kali saat ditanyai nama, Arief mengaku akan ada konsekuensi apabila menyebut nama pihak yang dimaksud.
"Pasti ada (konsekuensi) kalau saya mengatakan, jadi mending saya akan sampaikan kepada Prabowo bahwa pihak inilah yang selalu mengacaukan Indonesia dan juga akan saya sampaikan ke Mas Jokowi juga," ujarnya.
Pembawa acara juga mempertanyakan apakah pihak yang dimaksud sama dengan pihak yang pernah disebutkan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).