Kesempatan tersebut dimanfaatkan untuk memberikan pencerahan dan juga pesan agar bisa memimpin sesuai peraturan yang berlaku.
Wasit diharapkan tidka bersikap memihak kepada kubu manapun dalam memimpin pertandingan.
"Saya diberikan kesematan oleh Ketum Pertina berbicara ke juri dan hakim. Saya berpesan ke mereka untuk memberikan penilaian seobjektif mungkin," kata dia.
"Posisi hakim dan wasit sangat penting di pertandingan tinju, siapapun yang terbaik wajib menang. Tidak ada penilaian yang menimbulkan kontroversi ke penonton, dengan penataan yang lebih baik, dengan ketum Pertina yang turun langsung kepada kekurangan yang ada," ujarnya.
Sebelumnya, arena tinju PON Papua sempat mendapatkan sorotan terkait adanya kericuhan yang melibatkan relawan dan atlet.
Petinju dari kontingen DKI Jakarta, Jil Mandagi dilaporkan menjadi sasaran pemukulan di luar ring tinju.
Pemukulan dikabarkan dilakukan oleh relawan panitia pelaksana pertandingan.
Dari keterangan yang dihimpun, kronologi bermula saat Jil Mandagi bertanding melawan atlet NTT, Luki Mira Agusto Hari di kelas 52-56 Kg putra.
Juri memutuskan, pertarungan dimenangkan Luki.
Keputusan itu memicu ketidakpuasan Jil Mandagi yang melakukan protes keras.
Sang petinju disebutkan turun dari ring lalu membanting pintu dan memukul Kun spanduk pembatas.
Aksi itu memantik reaksi relawan yang tergabung dalam panitia pelaksana menjaga jalannya pertandingan.
Upaya menenangkan atlet itu berimbas adanya pemukulan di luar ring.