Dari Sembilan medali emas yang sudah diperebutkan, tim gulat Jatim mengumpulkan 4-3-1 medali. Tetap dibayangi Jabar dengan 2-1-0. Kaltim dan Kalsel menyodok Banten. Di urutan ketiga, Kaltim dengan 1-1-4, disusul Kalsel 1-0-2.
Berikutnya, Banten 1-0-0, Sumbar 0-3-1, Jambi 0-1-0, dan Bengkulu 0-0-1.
Hartono, Sekjen Pengprov PGSI Jatim, mengapresiasi keberhasilan para pegulatnya. “Sejauh ini masih on the track, sesuai harapan kami untuk membawa pulang tujuh dari 14 medali emas yang diperebutkan,” katanya, Senin (11/10).
Dari tujuh medali yang ditargetkan, tiga di antaranya dari sektor putri, separuh dari enam medali emas. Yakni, melalui Shintia Arfenda di kelas 50kg, Candra Marimar di kelas 53 kg, dan Varadisa Septi di kelas 76kg.
“Putri sesuai harapan, hanya yang agak di luar dugaan keberhasilan Candra Marimar itu, sebab yang kita perhitungkan adalah Mutiara Ayuningtyas di kelas 62kg,” jelas Hartono, yang juga Wakil Binpres PP PGSI.
Mutiara Ayuningtyas, pegulat nasional dan andalan di Asian Games 2018 lalu, hanya berhasil menyumbang perunggu di kelas 62kg setelah mengungguli Siti Aliyah dari Jateng.
Ayu, peraih emas di PON Bandung dan juara Pra PON, diungguli peraih medali emas Kharima Tantri Herlina (Jabar) di babak semifinal.
Candra Marimar di kelas 53 mengungguli Annisa Safitri dari Kaltim, sementara Candra Marimar mengalahkan pegulat nasional Eka Setiawati dari Jabar.
“Candra Marimar tidak ikut Pra PON di Jakarta, sementara Mutiara Ayu memang turun kelas,” tutur Hartono.
Yang juga agak di luar dugaan adalah kegagalan Puji Prastiyo di kelas 57kg, sementara keberhasilan Rahmat Hadi W di kelas 74kg sudah sesuai harapan.
“Puji dan Rahmat Hadi itu sama-sama kuat. Puji bahkan juara bertahan PON XIX 2016, Bandung, dan juga juara Pra PON di Jakarta,” jelas Hartono.
Hartono menyebutkan, Jatim berpeluang menambah perolehan medalinya dari tiga kelas gaya bebas putra yang dipentaskan Selasa (12/10) besok, yakni kelas 86kg, 97kg dan 125kg.