Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia sebesar 50 basis poin menjadi 4,24 persen pada Kamis kemarin, 22 September 2022 akan membawa konsekuensi adanya penyesuaian harga properti di semua jenis, baik residensial maupun komersial.
"Karena bunga pinjaman naik, developer dan kontraktor juga harus menyesuaikan harga yang di passing through ke konsumen akhir," papar Bhima kepada Tribunnews, Jumat (23/9/2022).
"Suku bunga kredit konstruksi diperkirakan mulai alami kenaikan. Proyeksinya kenaikan harga produk konstruksi akibat penyesuaian bunga sekitar 1-2,5 persen, belum menghitung variabel naiknya harga material dan ongkos logistik serta biaya tenaga kerja disektor konstruksi," sambungnya.
Bhima menilai, tidak semua konsumen siap jika bunga KPR untuk floating rate naiknya bisa 1 persen hingga 3 persen dari sebelum penyesuaian suku bunga acuan.
Permintaan hunian untuk segmen kelas menengah di sektor perumahan bisa terkoreksi. Alhasil, banyak anak muda makin sulit menjangkau rumah.
"Kalaupun mampu mencicil KPR terpaksa anak muda urban harus komuter setiap hari ke kantor, karena rumah yang bisa dibeli dengan KPR lokasinya sangat jauh dari tempat kerja," jelas Bhima.
Baca juga: KPR Syariah Dinilai Lebih Menarik saat Tren Suku Bunga Melambung
"Bisa jadi perjalanan 2 jam dari rumah ke kantor. Itu konsekuensi langsung yang dirasakan milenial. Kelompok milenial paling terdampak karena pinjaman perumahan maupun kendaraan bermotor adalah kebutuhan yang paling utama saat milenial mulai masuk dunia kerja," pungkasnya.