TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat properti Nasional Panangian Simanungkalit memprediksi pasar properti terutama di sektor perumahan akan semakin membaik di era pemerintahan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka.
Sinyal-sinyal melesatnya sektor properti sangat terasa. Hampir semua indikator mendukung booming-nya bisnis ini mulai 2025 sampai 2029 mendatang.
Demikian diungkapkan Pengamat Properti Nasional, Panangian Simanungkalit, dalam acara Talkshow Properti dengan tema “Meneropong Pasar Properti di Era Pemerintahan Baru” yang digelar di Marketing Office Alam Sutera, Tangerang, Banten, Selasa (25/6/2024).
Baca juga: Insentif PPN DTP 100 Persen Akan Berakhir 30 Juni 2024, Ini Tanggapan Pengembang Properti
Menurut Panangian, sejumlah indikator yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2023, 2024 ini hingga 2025 mendatang terlihat sangat positif.
“Kekhawatiran pemilu awal tahun kemarin akan rusuh pun tidak terbukti. Hal ini ditunjang lagi dengan program luar biasa dari Prabowo-Gibran sebagai pasangan pemenang pemilu, dimana mereka akan menghadirkan program 3 juta rumah. Ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap kegairahan industri properti secara umum,” ungkap Panangian.
Hebatnya lagi, pemerintah mendatang cukup jeli mencari celah guna membangkitkan perekonomian rakyat. Menurut Panangian, bagaimana membuat ekonomi nasional ini semakin membaik, memang diperlukan sebuah sektor yang bisa menciptakan kesejahteraan rakyat, bisa menciptakan pemerataan dan sosial, serta juga bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
“Itu yang menjadi filosofi dari Prabowo – Gibran. Nah, kemaren telah disetujui Rp 71 triliun anggaran untuk makanan bergizi gratis. Ini kan sebuah terobosan yang belum pernah ada sebelumnya. Dan saya dengar akan ada 50 ribu titik yang akan dimulai untuk program ini. Bisa kita bayangkan berapa besar penciptaan ekonomi dari salah satu program andalan Prabowo- Gibran ini,” ujar Panangian.
Ia juga menyebut, dengan adanya program pembangunan 3 juta rumah ini juga akan membangkitkan semangat dan memberikan dampak psikologis yang positif terutama bagi para pebgembang yang tergabung dalam asosiasi-asosiasi perumahan seperti Realestat Indonesia (REI), Apersi dan Himperra, dan lainnya. “Bagi pengusaha properti, program ini memberi sinyal bahwa industri properti akan bangkit di era pemerintahan yang akan datang,” ucap Panangian.
Baca juga: Manfaatkan Insentif PPN, Pengembang Properti Ini Garap Proyek Hunian di Parung Bogor
Tidak hanya itu, ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2024 sebesar 5,11 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,04 persen (yoy). Ke depan, pertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan tetap kuat dalam kisaran 4,7-5,5 persen (yoy) didukung oleh permintaan domestik, terutama dari berlanjutnya pertumbuhan konsumsi dan investasi bangunan sejalan dengan berlanjutnya pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN).
Sejalan dengan itu pemerintah juga sangat konsen memenuhi kebutuhan rumah agar pada tahun 2045 tercapai Zero Backlog.
“Pada 2023 backlog rumah masih di kisaran 10 juta unit, jika pemerintah membangun 500 ribu per tahun, artinya baru 20 ke depan baru akan selesai. Jumlah ini belum ditambah dengan kebutuhan hunian untuk keluarga baru yang mencapai 750 ribu hingga 800 ribu per tahun. Jadi pemerintah perlu membangun 500 ribu + 750 ribu ribu = 1,25 juta per tahunnya. Untuk mewujudkan itu sangat dibutuhkan kolaborasi dan peran aktif pengembang swasta,” jelas Panangian.
Peran Besar Pengembang Swasta
Panangian menegaskan bahwa sektor properti adalah penggerak perekonomian dan juga memberikan kontribusi dalam pembangunan. Untuk itu menurutnya, pemerintahan mendatang harus bisa melihat ini sebagai peluang yang lebih besar untuk menggerakkan perekonomian.
“Dan satu hal yang perlu dicatat, peran dan kontribusi pengembang swasta dalam merealisasikan visi pemerintah sangat besar. Hal ini bisa kita lihat di sekitar Jabodetabek, dimana jumlah properti dalam skala besar seperti Alam Sutera ini telah jadi penggerak perekonomian di kawasannya,” tegasnya.
Pada kesempatan, yang sama Chief Marketing Officer (CMO) Elevee Condominium Alvin Andronicus mengungkapkan bahwa penguatan ekonomi dalam pemerintahan mendatang sudah terlihat dengan adanya program 3 juta rumah. Menurutnya, ini akan menggerakkan perekonomian dimana dalam sebuah proyek properti yang dikembangkan yang diikuti dengan multiplier effect kepada 180 sektor lainnya.
“Kami melihat, pemerintahan ke depan berorientasi pada perekonomian, dan tentunya sektor bisnis properti adalah salah satunya yang akan didorong karena memberikan efek berantai untuk menggerakkan berbagai industri lainnya,” tegas Alvin.
Terkait kondisi saat ini dimana nilai tukar rupiah dengan dolar yang berada di angka Rp 16,391, Alvin mengaku tidak khawatir karena produk material yang digunakan hampir 100 persen konten lokal. Untuk itu Elevee Condominium terus menggerakkan pasar karena menurut Alvin, properti adalah produk investasi.
“Kita harus akui bahwa pandemi Covid-19 pada 3 tahun lalu memberikan dampak luar biasa pada industri properti. Meski demikian, setelah pandemi berlalu sektor properti mampu bergerak dan kembali menjadi motor penggerak perekonomian. Dan Elevee sendiri tetap bisa berjalan dengan baik hingga saat ini, baik dari sisi penjualan unitnya maupun pembangunan fisiknya.
Hanya saja menurut Alvin, pemerintah harus lebih banyak memberikan stimulus yang berkelanjutan untuk menggerakkan pasar. “Seperti program PPN DTP yang sudah diterapkan beberapa waktu belakangan ini, perizinan yang cepat dan mudah, menurut kami itu sudah bagus dan harus dilanjutkan,” katanya.