News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mutiara Ramadan

Iktikaf

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jamaah bersiap salat Isya di penghujung bulan Ramadan di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rabu (7/8/2013). Bulan Ramadan dipergunakan sebaik-baiknya umat Islam untuk mencari pahala, antara lain dengan membaca Alquran, beriktikaf, dan salat tarawih. (Kompas/Agus Susanto)

Oleh: Dr Mutohharun Jinan, Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

SECARA bahasa iktikaf berasal dari kata "akafa‑ya'kufu‑ukufan" yang berarti tetap pada sesuatu. Iktikaf adalah berdiam diri di masjid melakukan kegiatan ibadah dan ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT (QS. Al‑Baqarah/2: 187).

Iktikaf juga dapat dimaknai mengkonsentrasikan hati supaya beribadah penuh pada Allah, menyendiri dengan Allah, dan memutuskan dari berbagai macam kesibukan makhluk dengan meninggalkan rutinitas sehari‑hari.

Melalui hati yang berkonsentrasi seperti ini, ketergantungan hatinya pada makhluk akan berganti pada Allah. Rasa cinta dan harapnya akan beralih pada Allah, pusat segala yang ada di jagat raya ini.

Iktikaf dimaksudkan untuk mengasah ruh dan mengembalikannya kepada Allah dengan mentransendensikan diri dari kecenderungan fujur (kemaksiatan) dan menghidupkan jiwa takwa.

Tampaknya Allah mengajarkan kepada makhluk ciptan-Nya agar adakalanya menyediakan waktu berdiam untuk memperbaiki diri.

Seekor ular tua dan kulitnya kusam bisa memperbarui penampilannya melalui proses shedding (berdiam) beberapa hari. Kulit lama mengelupas berganti kulit baru yang lebih cerah dan segar.

Seekor ulat yang banyak orang jijik padanya berubah menjadi kupu‑kupu bersayap indah juga melalui proses metamorfosis, yakni berdiam beberapa waktu di tempat tersembunyi tidak makan dan minum. Masih banyak contoh lain tentang perlunya diam untuk memperoleh spirit baru.

Begitu juga Allah melalui Rasul‑Nya mengajarkan, agar manusia memiliki spirit baru yang lebih segar dan mencerahkan dituntunkan berdiam dalam keheningan, yaitu beriktikaf. Ada banyak makna dan hikmah dibalik disunnahkan iktikaf.

Pada saat beriktikaf dianjurkan untuk memperbanyak berzikir, membaca Alquran, berdoa dalam keheningan. Dalam satu Hadis disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, bahwa tidaklah satu kaum yang duduk mengingat Allah kecuali mereka akan dikelilingi para malaikat, memperoleh kucuran rahmat juga merasakan ketenangan teramat sangat dan yang lebih utama dari itu semua adalah Allah akan menyebut mereka di hadapan makhluk‑makhluk-Nya (HR. Muslim).

Berdiam diri sangat tepat untuk melakukan muhasabah (introspkesi diri) terhadap hal‑hal yang telah dilakukan, melihat kekurangan dan kelemahan diri untuk kemudian memperbaiki diri, meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan, dan memperbarui hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia.

Dalam konteks kehidupan sekarang ini, kebutuhan manusia untuk beriktikaf sejatinya sangat penting. Hidup di zaman berbasis teknologi informasi yang kian canggih seolah menuntut untuk beraktivitas selama 24 jam sehari. Kesibukan orang dalam memenuhi kebutuhan, mencari nafkah sehari‑hari seakan‑akan tidak pernah cukup.

Karena itulah diperlukan waktu khusus yang jauh dari hingar‑bingar dan kebisingan serta aktivitas sehari‑sehari untuk lebih meresapi atas apa yang dilakukan. Setiap orang perlu melakukan penataan ulang dan reorientasi aktivitas yang telah dilakukan agar lebih teratur mana yang lebih didahulukan mana harus ditinggalkan.

Pesan terdalam dituntunkannya iktikaf adalah adanya proses dialog spiritual secara internal dengan diri sendiri. Ada juga proses penyadaran diri secara intensif dan jernih sambil menyampaikan prestasi dosa yang telah diperbuat dihadapan Allah.

Dialog dan penyadaran dilakukan dengan berbagai ibadah seperti berzikir dan berdoa, melaksanakan shalat‑shalat sunat, dan tadarus Alquran, serta membaca buku‑buku serta mendiskusikan masalah‑masalah agama.

Rasulullah SAW menganjurkan iktikaf di masjid dalam rangka perenungan dan penyucian jiwa. Masjid adalah tempat suci, segala aktivitas kebajikan bermula dari tempat ini.

Di masjid pula seseorang diharapkan merenung tentang diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, dituntunkannya iktikaf juga mengajak untuk menyelesaikan beragam persoalan di masyarakat dari kacamata jernih, seperti persoalan ketimpangan sosial yang terkesan terus terpelihara.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini