TRIBUNNEWS.COM - Banyak orang yang bertanya-tanya, mengapa buah timun suri hanya ada di bulan Ramadan, tidak di bulan-bulan lainnya?
Nah, bisa jadi ini alasannya lho. Sejatinya, timun suri tidak tergantung pada musim tertentu untuk berbuah.
Kendati begitu, buah tersebut menjadi buah musiman khususnya bagi warga di sekitar Ibu Kota Jakarta.
Namun, memang tidak ada rekaman sejarah yang jelas mengenai musim tanam timun suri.
Yang terang, tanaman ini dibudidayakan setiap saat seperti melon, semangka dan timun di pesisir barat Pulau Jawa.
Nah, wilayah itu, penanaman timun suri tidak mengenal musim.
Asumsi yang muncul adalah sudah menjadi kebiasaan permintaan akan konsumsi buah timun suri melonjak pada Ramadan.
Sementara, di bulan-bulan lainnya, permintaan timun suri sepi.
Atas alasan inilah para petani berspekulasi untuk berlomba-lomba menanam buah timun suri menjelang Ramadan.
Jadi sebenarnya timun suri banyak dijual di bulan Ramadan karena petani berbondong-bondong menanam buah tersebut.
Maklum, buah yang sedap sebagai santapan berbuka puasa itu sendiri tidak memiliki musim khusus untuk tumbuh.
Kandungan 'dahsyat' timun suri
Meski menyandang nama “timun”, tetapi timun suri berbeda dengan mentimun meski bentuk buahnya juga memanjang layaknya timun sayur.
Timun suri secara sitologi (susunan dan fungsi sel) juga morfologi (bentuk luar dan susunan makhluk hidup) sangat berbeda dengan timun sayur.