Sampai akhirnya, dikisahkan dia bahwa Kerajaan ini runtuh pada pemerintahan ke-11, sekitar tahun 1700 masehi. Namun, keturunan Sunan Giri yang memerintah di Giri Kedaton hanya sampai pemerintahan ke-7.
Bukan Asli
Masjid dan beberapa bangunan yang ada di Giri Kedaton sekarang ini bukan bangunan asli atau bangunan yang digunakan sebagai pondok pesantren dan pusat pemerintahan di jaman Sunan Giri.
Bangunan yang sekarang ini berdiri tergolong baru, yang dibangun pada tahun 1990.
Menurut Moechtar, saat awal temukan dulu, lokasi tersebut hanya lahan kosong dengan beberapa petunjuk bekas peninggalan. Kemudian, mulai dibangun.
“Sekitar tahun 1979, bangunannya dari kayu semi permanen,” sambung bapak tujuh anak yang sudah 16 tahun menjadi juru kunci tersebut.
Ditanya bagaimana bentuk asli Giri Kedaton, dirinya juga mengaku penasaran karena tidak pernah melihat langsung.
Disebut, beberapa pihak sempat bercerita bahwa gambar bangunan asli Giri Kedaton ini sejatinya masih ada, tapi berada di Vatikan.
“Banyak yang penasaran dengan bentuk asli Giri Kedaton. Kabarnya, ada lukisannya, tapi berada di Vatikan,” ucap pria yang sudah berstatus pegawai non PNS di lingkungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala ini.
Kendati bukan bangunan asli, Giri Kedaton tetap memiliki daya tarik luar biasa. Hingga sekarang, banyak warga yang berdatangan untuk berkunjung ke sana.
Sekedar foto-foto selfie atau untuk berziarah ke makam Raden Supeno yang berada di belakang majid.
Biasanya, menurut Moechtar, banyak pengunjung datang ketika Malam Jumat Legi. Atau beberapa hari menjelang datangnya bulan Ramadan.
Mereka kebanyakan datang rombongan, tiga orang, lima orang, atau bahkan sampai puluhan orang.
Bukan hanya dari tanah Jawa dan beberapa provinsi lain di Indonesia, disebut bahwa peziarah dari luar negeri juga kerap berkunjung ke sini. Khususnya peziarah dari Malaysia.