News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadan 2018

Ustaz Ku Wie Han Pelajari Semua Agama Tapi Memilih Jadi Mualaf karena Terpikat Surat Al Ikhlas

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustaz Ku Wie Han saat ditemui Tribun Jabar usai mengisi tausiyah di Cibabat Park, Kota Cimahi, Minggu (20/5/2018). TRIBUN JABAR/HILMAN KAMALUDIN

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNNEWS.COM, CIMAHI - Tubuhnya tinggi dan berkulit putih. Saat membuka ceramahnya kerap menggunakan bahasa Mandarin, kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda agar jemaahnya mengerti yang dia ucapkan.

Itulah ciri khas Ustaz Ku Wie Han, pria asal Kota Bandung.

Ustaz Ku Wie Han merupakan seorang pria etnis Tionghoa yang menjadi mualaf hingga bisa menjadi seorang ustaz yang sering mengisi tausiyah.

Ketika mengisi tausiyah pun, tak ada yang berbeda dengan ustaz yang lain, ia pun fasih ketika membacakan dalil atau lafadz Alquran.

Pria yang telah mengganti namanya menjadi Muhammad Karim Abdurrahman ini telah masuk Islam sejak 30 tahun yang lalu atau ketika usianya menginjak 18 tahun.

Bisa menganut Agama Islam bagi Ustaz Ku Wie Han merupakan suatu hidayah yang mampu membawanya ke kehidupan yang lebih tenang.

Baca: Keponakan Setya Novanto Mulai Bernyanyi, Sebut Jatah untuk Nurhayati hingga Mekeng-Markus

Ketenangan itu didapatnya setelah dirinya bisa membaca dan memahami setiap bacaan kitab suci umat Islam yakni Alquran.

"Saya mendapat hidayah setelah keluar SMA, setelah ayah saya sakit keras dan masuk Rumah Sakit Borromeus waktu saya kelas 2 SMA tahun 1988," ujar Ustaz Ku Wie Han saat ditemui Tribun Jabar usai mengisi tausiyah di Cibabat Park, Kota Cimahi, Minggu (20/5/2018).

Saat itu, sang ayah mengalami sakit keras karena menderita penyakit diabetes dan komplikasi hingga koma selama tiga bulan di rumah sakit.

Melihat ayah tercintanya terkapar di rumah sakit tidak sadarkan diri selama itu, Ustaz Ku Wie Han mengerti bahwa manusia tidak berdaya saat berhadapan dengan maut.

"Dari situ saya ingin mencari pegangan hidup yang ada pada agama, mungkin selama ini saya kurang bersyukur karena saat itu belum mengenal Allah," ujar pria berusia 49 tahun ini.

Jauh sebelum menjadi mualaf, ustaz berdarah Tionghoa tersebut bercerita, segala sesuatu dianggap bisa diselesaikan dengan uang ataupun yang dia punya ketika hidup di dunia, sehingga melupakan Sang Pencipta.

Baca: Sang Ayah Hanya Bisa Pasrah Pratomo yang Tewaskan 12 Orang Jadi Tersangka

Oleh karena itu, ia baru mengerti bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia merupakan kehendak Sang Pencipta, sehingga dirinya ingin mencari jalan hidup yang seharusnya ia tempuh.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini