Tangga terbuat dari keramik sehingga kelihatan lebih elegan dan bersih.
Dinding sisi kiri dan kanan dekat pintu masuk tampak rongga-rongga segi empat dalam jumlah banyak.
"Surau ini ditopang 16 tonggak yang terbuat dari kayu laban yang merupakan salah satu kayu yang melimpah di Indonesia," kata Dalmi.
Kayu laban sering digunakan sebagai salah satu kayu pengganti Jati yang memiliki kelas keawetan yang sangat baik.
"Di semua tiang itu ada lekukan. Lekukan tersebut memunculkan kesan uniknya. Rasanya tukang sekarang tidak bisa membuat seperti itu," ujar Dalmi.
Lantai surau terbuat dari papan. Papan tersebut baru diganti 3 tahun lalu karena habis dimakan rayap.
Dalmi menjelaskan, dulunya di depan Surau Tarok ada kolam.
Kolam itu berisi ikan-ikan turun temurun yang tak terkelola dan terkoordinir dengan baik.
Berhubung tempat parkir belum tersedia, maka atas kesepakatan masyarakat bekerja sama dengan pengurus, kolam ditimbun sehingga masyarakat bisa memarkirkan kendaraannya.
"Sementara di bagian belakang surau, dulunya ada semak-semak yang kemudian dibersihkan masyarakat sehingga menjadi tempat berwudu," kata Dalmi.
Dalmi mengaku, surau dibangun secara swadaya dan dukungan dari anggota dewan.
Sementara ia tidak tahu pasti tokoh yang menggagas surau tersebut.
Tetapi ada tiga makam berderet di sebelah kanan surau. Pada makam tersebut tertulis Pakiah Datuak, Si Oema, dan Darwis.
"Masyarakat meyakini tiga makam tersebut merupakan makam pendiri surau yang terdiri atas mamak dan kemenakan," jelas Dalmi.