Adapun jumlah rakaatnya memang menjadi perselisihan di antara para ulama.
Yaitu delapan raka’at ditambah salat witir tiga rakaat menjadi 11 rakat menurut Hadits Siti Aisyah.
Namun Ijtihad Sayyidina Umar bin Al-Khaththab, Salat Tarawih menjadi 23 rakaat.
Bahkan pendapat Imam Malik Salat Tarawih 36 rakaat.
Sebenarnya umat Islam tak perlu memperpanjang perdebatan masalah khilafiyah jumlah rakaat Salat Tarawih agar tidak habis energi apalagi sampai menjadi perpecahan antar umat.
Saat mengerjakan Salat Tarawih acapkalai para ulama salafu al-shalih menjadikan sarana tadarrus untuk mengkhatamkan Alquran.
Setiap rakaat salat membaca Al-Qur’an sangat panjang sehingga pada bulan Ramadan dapat mendengar dan membaca keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an al-Karim.
Ada sebagian ulama yang mentradisi khatam Al-Qur’an di bulan Ramadan.
Misalnya, Al-Aswad bin Yazid, seorang ulama besar tabi’in yang meninggal dunia tahun 75 Hijriyah di Kufah, mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua malam.
Qatadah bin Da’amah yang meninggal tahun 61 Hijriyah biasanya mengkhatamkan Al-Qur’an dalam tujuh hari.
Namun jika datang bulan Ramadhan ia mengkhatamkannya setiap tiga hari.
Ketika datang sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan setiap malam.
Imam syafi’I yang sengaja selama bulan Ramadan mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 60 kali.
Ditambahkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa khataman tersebut dilakukan dalam salat. (Siyar A’lam An-Nubala’, 10: 36).