Penulis: Haidar Bagir
Presiden Direktur Kelompok Mizan, penulis buku-buku tentang Tasawuf, dan dai Islam Cinta
SULUK atau jalan/praktik/laku bertasawuf biasa dipahami sebagai melakukan mujahadah (perjuangan keras menaklukkan hawa nafsu/keakuan yang bisa mendorong kepada maksiat) dan riyadhah (praktik spiritual melakukan pendekatan kepada Allah lewat ibadah wajib dan Sunah, serta berbagai bacaan zikir, wirid, dan hizib).
Tujuan puncaknya adalah mencapai Ihsan. Yakni, hubungan pemujaan/cinta kepada Allah, yang begitu intens, dalam bentuk masuknya kita ke hadirat Ilahiyah, dalam pertemuan berhadap-hadapan/musyahadah dengan-Nya.
Dalam ungkapan berbeda, segitiga mujahadah-riyadhah-ihsan ini biasa dirujuk sebagai proses takhalliy- tahalliy-tajalliy.
Takhalliy – bermakna pengosongan – maknanya sejajar dengan mujahadah.
Yakni pengosongan hati kita dari nafsu keakuan/egoisme yang cenderung mendorong kita untuk berbuat maksiat.
Tahalliy – bermakna penghiasan – kiranya sejajar dengan riyadhah. Yakni mengisi hati kita dengan nilai-nilai ibadah yang sesungguhnya mencakup--bukan hanya gerakan-gerakan lahir--tetapi lebih penting lagi merupakan aktivitas batin.
Jika kita selesai dengan takhalliy dan tahalliy, maka kita pun akan mencapai tahap bertajalliynya Allah SWT di dalam hati kita. Inilah tingkatan Ihsan.
Sabda Nabi: "Allah itu indah dan menyukai keindahan".
Maka Dia hanya akan bersemayam di tempat yang indah yang sudah terhiasi.
Yakni hati yang sudah bebas dari nafsu amarah dan telah dipenuhi dengan ibadah-ibadah yng memenuhi nilai-nilai kekhusyukan dan kekhudhu’an (kehadiran dan merendahkan hati).
Ada 4 Rukun mujahadah seperti disarikan dari ganaislamika:
1. Qillatut-tha’am, untuk masa sekarang lebih pas diterjemahkan sebagai “konsumsi seperlunya.” Biasa juga disebut dengan zuhud.
2. Qillatul manam, yakni tidur seperlunya. Biasa juga disebut sebagai sabar.