Manusia adalah mikrokosmos yang memiliki daya tampung yang luar biasa besar; melebihi makrokosmos yang ia tempati.
Karena itu dalam adagium tasawuf disebutkan manusia ibarat seekor belalang kecil yang menempel pada dahan sebuah pohon, tapi pengetahuannya jauh melampaui luasnya hutan itu sendiri.
Sebagai makhluk yang diciptakan sesuai citra Tuhan dan mendapatkan percikan Ruh-Nya, logis manusia memiliki unsur-unsur Ilahi dan kemiripan sifat dengan penciptanya.
Hanya saja Allah Maha Absolut, sedangkan sifat-sifat ilahi yang ada pada manusia merupakan anugerah-Nya yang bersifat relatif.
Manusia memiliki kemampuan mengetahui, tetapi Allah maha mengetahui.
Manusia mampu mencipta, tetapi Allah maha pencipta.
Manusia mendengar, Allah maha mendengar, dan seterusnya.
Unsur-unsur Ilahi ini sejatinya adalah instrumen yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia supaya bisa menginsafi hakikat dirinya, untuk selanjutnya mengenal, mendekati, dan menjalin hubungan dengan Tuhan.
Unsur-unsur itu adalah instrumen yang ditanamkan dalam diri manusia sehingga dia mampu menerima pancaran cahaya Ilahi.
Ketika manusia sudah mengenal, mendekat dan mencintai Tuhan, selanjutnya akan terjadi limpahan energi ilahi yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia.
Karena natur manusia itu fitri, hanif, dan memiliki banyak kesamaan dengan pencipta-Nya, seorang muslim mestinya semakin memiliki sifat kasih sayang mengingat seroang muslim paling banyak menyebut dua sifat itu.
Perlu Kerja Keras
Singkatnya, relasi antara Tuhan dan manusia ini bisa diilustrasikan dengan besi yang ditempelkan dan digosok-gosokkan pada magnet.
Pada mulanya, besi itu hanyalah penerima yang secara pasif hanya bisa pasrah ditarik oleh magnet.