TRIBUNNEWS.COM - Ramadan dengan seperangkat keistimewaan di dalamnya mengajak kita merenung. Berdoa dan bermunajat mengekspresikan harapan atas karunia dan rahmat Tuhan.
Seluruh umat berharap yang terbaik dari bulan terbaik. Tak diragukan lagi, ada harapan besar (raja) berpadu dengan kekhawatiran (khauf) yang terejawantah dalam doa-doa mereka tatkala berbuka,
“Semoga ditetapkan pahala puasa kami, jika Allah menghendaki (wa tsabatal ajru, insyaAllah.)”
Di dalam batin mereka tersirat tanda tanya, akankah puasa kami diterima? Namun, satu kesadaran yang dibangun Nabi untuk memotivasi umat bahwa ada tiga doa yang tak tertolak;pemimpin yang adil; orang yang berpuasa ketika dia berbuka; orang yang terzalimi.
Dalam doa, ada ekspresi harapan (raja), yaitu ketika seseorang membersitkan dalam hatinya, lalu mengungkapkannya lewat lisan. Dia berharap yang terjadi tidak sebaliknya. Ada optimisme untuk meraih yang terbaik.
baca juga: https://ganaislamika.com/puisi-gus-mus-tentang-ramadan/
Kata “semoga” menjadi clue bahwa harapan melampaui pesimisme. Sesaat sebelum kata ini disuarakan, ada kekhawatiran sekaligus ketakutan dengan apa yang telah dikerjakannya gagal, tak diterima Tuhan.
Dengan begitu, optimisme umat yang tersimpan dalam batinnya menjelma satu kedinamisan untuk terus melanjutkan kehidupan.
Ini pula yang dipesankan Al-Ghazali ketika membincangkan poin terakhir atau keenam dalam puasa khusus. Menurutnya, setelah berbuka puasa.
selayaknya hati manusia terpaut dalam kegelisahan antara ketakutan (khauf) dan harapan (raja)karena ketidaktahuannya; apakah puasanya diterima hingga dia termasuk orang-orang dekat (al-muqarrabin); atau puasanya tak diterima dan bergabungan dengan golongan yang dibenci (al-mamqutin).
Dan sepatutnya hal ini juga dilakukan pada setiap ibadah yang baru selesai dilakukannya.[1]
Terma takut (khauf) dan harap (raja) menjadi istilah kunci dalam tahapan tasawuf.
baca juga: https://ganaislamika.com/26-kewajiban-muslim-terhadap-muslim-lainnya-menurut-imam-ghazali-2/
Dalam tataran awam, ini penting dipahami sebagai upaya menanamkan perasaan takut kepada Allah, bukan selainnya.