Menurutnya, secara umum ekspresi bahasa Arab yang paling indah merupakan hal yang paling sulit untuk diterjemahkan. Sementara terjemahan harfiah yang muncul seringkali tidak masuk akal dalam alih bahasa tersebut.
Ketika masalah seperti itu muncul, dia harus sedikit mengkompromikan kata-kata dengan menambahkan penjelasan dalam catatan kaki.
Berkenaan dengan makna atau tafsir ayat yang dia sukai, dia tidak menjelaskan secara tegas.
Hanya saja dia mengatakan bahwa semua ayat itu bergantung pada tujuan di balik makna yang tersurat, dan kemungkinan hal itu tidak terbatas.
Akan tetapi sebagai contoh, dia sering mengingatkan dirinya dan orang lain tentang QS al-Furqan [25]: ayat 20, “…dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha Melihat.”
Pada akhirnya, Umm Muhammad adalah perempuan pertama yang melakukan akitvitas alih bahasa terhadap Al-Quran. Hasil karyanya yang luar biasa ini terus menginspirasi bagi munculnya karya terjemahan Al-Quran dari kalangan perempuan.
Sebagai tenaga pengajar dalam studi Islam, dia terus memotivasi murid-muridnya untuk selalu memaksimalkan bakat yang mereka miliki.
Terlebih, dia berangkat dari seorang muallaf yang terus berjuang mempelajari agama barunya, bahkan sampai benar-benar menguasai.
Semula Umm Muhammad merasakan kesulitan dalam menghafal Al-Quran, tetapi dia tidak patah arang dan berusaha keras menghafalkannya, meski dengan hasil yang—menurutnya—kurang memuaskan.
Dia pun menemukan betapa banyak hal lain yang dapat dia lakukan yang orang lain tidak bisa melakukannya. Lebih dari itu, dia seringkali menjadi motivator bagi dirinya sendiri dan para muridnya yang merasa harus menekuni keilmuan Islam dan keluar dari konsentrasi studi sebelumnya.
Namun, dia mendorong mereka untuk tetap fokus pada bidang studi yang mereka geluti.
Karena Islam membutuhkan orang-orang dalam semua bidang, yang mana mereka bisa berjuang dan berdakwah melalui jalan tersebut.
Mereka dapat mengambil contoh-contoh dalam lintasan sejarah Islam yang baik dalam spesialisasi mereka sendiri yang paling dibutuhkan. Seorang Muslim perlu menyebarkan Islam dalam setiap bidang kehidupan.
Dan mereka bisa tetap dalam spesialisasi mereka sendiri sekaligus mempelajari Islam dalam waktu bersamaan. Wallahu a’lam bish shawab. (KHI)
Tulisan telah dipublikasikan di Gana Islamika dengan judul
Al-Quran dan Perempuan (2): Para Perempuan Penerjemah Al-Quran (1)