Inilah yang tersirat dalam judul Reinventing Indonesia, yaitu menemukan kembali cita-cita luhur, optimisme dan mimpi besar serta sikap negarawan para founding fathers.
Dalam kaitan ini, maaf, saya ragu, apakah para pimpinan parpol yang bernafsu ikut pemilu masih juga memiliki semangat dan tekad sebagaimana para pejuang dan pendiri bangsa dan negara ini?
Rasa Kebersamaan
Di tengah suasana pesimisme ini, mari kita bangun optimisme berbangsa dengan kekuatan gagasan, integritas dan kesediaan untuk berkurban demi rakyat.
Indonesaia yang kita impikan (the imagined Indonesia) adalah sebuah cita-cita moral, politik dan peradaban yang masih jauh berada di depan, bukannya warisan masa lalu yang sudah jadi dan selesai.
Dengan demikian, yang namanya Indonesia bukan sekadar sebuah realitas agung (grand reality) dalam wujud geografis dan bentuk formal sebuah negara, melainkan sebuah amanat dan cita kebudayaan serta peradaban yang harus selalu dijaga dan diperjuangkan.
Jadi, Indonesia jangan sekadar dipahami sebagai sebuah kata benda, melainkan kata kerja dan perjuangan sejarah yang dinamis, yaitu: meng-Indonesia.
Kita semua secara sadar mesti terlibat dalam proses menjadi Indonesia karena di samping sebuah rumah peradaban, Indonesia juga merupakan sebuah identitas dan jati diri.
Spirit itulah yang tercantum dalam Pancasila yang akhir-akhir ini kurang memperoleh apresiasi.
Saat ini sangat urgent untuk menemukan kembali grand solidarity, yaitu rasa kebersamaan untuk membangun bangsa, yang mampu mensinergikan "keakukan", menuju "kekamian" dan "kekitaan" dalam rumah besar yang bernama Indonesia.
Munculnya sekian banyak parpol dan begitu kuatnya semangat otonomi daerah perlu diwaspadai jangan sampai malah menghancurkan bangunan "kekitaan" yang berujung pada "keakuan".
Di tengah suhu politik yang menghangat, mari kita temukan kembali dan pegang teguh komitmen dan cita-cita mulia mengapa Indonesia ini diperjuangkan lalu diproklamasikan.
Kita ganti tradisi kekerasan dan kemalasan dengan kedamaian, kecerdasan, dan kerja keras.
Kita wujudkan the imagined Indonesia sebagai sebuah civic nation sehingga nilai Pancasila bukan sekadar sebagai kontrak politik yang diposisikan sebagai ideologi negara, tetapi lebih merupakan living values dalam kehidupan birokrasi, sosial maupun politik.