TRIBUNNEWS.COM - "Berbukalah dengan yang manis." Kalimat ini kerap kita dengar saat bulan Ramadan. Makanan manis seperti apa?
Anjuran berbuka dengan manis merujuk pada hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud.
Seperti apa kita memaknai berbukalah dengan yang manis ini secara syariah, juga secara kesehatan?
Secara agama dari penjelasan Hadits itu, seperti dipaparkan Siti Choiriyah, M.Ag., dosen Institut Agama Islam Negeri atau IAIN Surakarta dikisahkan jika Rasulullah berbuka dengan makanan manis yakni kurma.
Berikut bunyi dari HR Ahmad dan Abu Daud tersebut:
كان النبي صلى الله عليه وسلم يفطر على رطبات قبل ان يصلي فان لم يكن رطبات فتمرات فان لم يكن تمرات حسا حسوات من ماء رواه أحمد وأبو داود والترمذي
Artinya, "Rasulullah Saw. berbuka puasa dengan beberapa kurma matang dan basah sebelum melangsungkan shalat.
"Dari hadits tersebut bisa kita pahami bahwasanya Rasulullah terbiasa ketika berbuka itu dengan ruthab (رطب)," kata Siti Choiriyah kepada Tribunners(pembaca Tribunnews.com) dalam tayangan kanal Youtube Tribunnews.com.
"Ruthab (رطب) itu artinya adalah kurma yang masih segar. Kurma matang yang baru dipetik dan masih segar," ," jelas Siti Choiriyah
Ia juga menjelaskan jika tak ada kurma basah, Rasulullah Saw. berbuka dengan kurma kering seperti yang biasa kita makan.
Namun, apabila tidak ada kurma segar atau ruthab, Rasulullah Saw. juga mengkonsumsi kurma kering atau tamr.
"Jadi, kalau kemudian tidak ada ruthab, itu baru menggunakan tamr (تمر)," kata Siti Choiriyah.
"Tamr itu artinya kurma yang kering. Yang seperti biasa kita makan makan itu namanya tamr," terang Siti Choiriyah.
Bila tak ada kurma kering, ia meminum beberapa teguk air." (HR Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi).