News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadan 2020

Trend Ngaji Online dan Ambyarnya Kharisma Kiai NU, Sudah Saatnya Move On!

Editor: Husein Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KH. Imam Jazuli, Lc. MA, alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

Namun, tidak ada salahnya pemuda-pemudi Nahdliyyin mempertimbangkan konsep al-muhafazoh ‘alal qodimis solih wal akhdzu bil jadidil aslah.

Metode pengajian yang klasik-tradisional ternyata terbukti sepi peminat, dan juga tidak mampu menembus ruang-ruang publik yang lintas batas.

Sepinya peminat atas pengajian online dari kiai-kiai dan gus-gus karismatik NU menjawab rasa penasaran kita semua mengenai hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) tahun 2018 kemarin.

Denny JA pernah merilis 5 ulama nasional berpengaruh dan efek elektoral mereka.  Nama-nama yang muncul disebut paling berpengaruh secara berurutan: Abdul Somad, Arifin Ilham, Yusuf Mansur, Aa Gym, dan Rizieq Shihab.

Temuan LSI tersebut tidak satu pun merepresentasi warga Nahdliyyin. Namun, hasil survei LSI masih bisa disangkal. Misal, kita mengatakan bahwa ulama-ulama NU lebih fokus mengaji kitab kuning dari pada mengurusi urusan politik.

Namun, kenyataan ‘pahit’ berupa sepinya peminat generasi android yang mengikuti pengajian online kiai-kiai karismatik dan gus-gus kredibel di bulan Ramadhan ini adalah realitas sosial yang tidak bisa disangkal.

Secara kualitas kontens. kekayaan khazanah intelektual pesantren sangat melimpah. Namun, semua itu akan tergeletak sia-sia dan percuma bila sepi peminat.

Hal ini berkorelasi dengan suatu karakteristik dunia baru yang sedang dihadapi, yakni dunia digital atau ruang maya (cyber space).

Kehadiran dunia baru ini menantang dunia lama kita. Bilik-bilik pesantren beserta seluruh sistem nilai pembentuknya harus mampu bergeser dan turut eksis di dunia baru tersebut.

Misal, di dalam dimensi sosial-kultural tradisional pesantren, para santri mencari barokah dari para kiai dan gus. Namun, di dunia sosial-digital yang baru ini,  kita mencari subscibers.

Dunia lama dan dunia baru tidak untuk saling dipertentangkan. Dua-duanya hadir membawa keunikan identitas dan aturan main tersendiri.

Karenanya, inilah momentum bagi para muda-mudi Nahdlyiin berdakwah dengan metode kontemporer sesuai kecenderungan publik.

Jika aturan main ini tidak diindahkan maka jangan salahkan realitas yang terasa menyakitkan.

Ada benarnya ucapan Nadirsyah Hosen yang menyebut, “kekuatan NU yang bertumpu pada lokalitas menjadi ambyar begitu diviralkan di media sosial.”

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini