"Sebenarnya enggak cukup. Tapi pendapatan dari jasa perbaikan ponsel saya cukupkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Faisal.
Ada lagi cerita dari Etik (40), karyawan perusahaan garmen di Majalaya warga Desa Majakerta, Kecamatan Majalaya.
Biasanya, sebulan ia mendapat upah Rp 1,8 juta sebagai operator mesin.
"Saya di rumahkan sementara karena kata atasan saya, buyernya sedang sepi jadi produksinya diturunkan.
Otomatis saya sekarang tidak bekerja, ada sebulan. Tapi katanya mau dipekerjakan lagi," kata Etik, via ponselnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia jadi kuli angkut di Pasar Majalaya.
Pengakuannya, itu bukan hal baru.
"Dulu pernah jualan di pasar, punya banyak kenalan di pasar. Jadi daripada bengong dan enggak punya penghasilan, bantu-bantu saja di pasar di teman, kadang jadi kuli angkut kelapa dan sayuran kalau pagi-pagi," ujar Etik, via ponselnya. (Mega Nugraha))
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Kisah Buruh yang Dirumahkan Bertahan Hidup, Ada yang Jadi Kuli Angkut di Pasar & Buka Service Ponsel,