”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).”
Selain doa tersebut, malam qadar juga bisa dihidupkan dengan memperbanyak dzikir dengan istighfar, ataupun bacaan lain seperti tasbih dan tahmid.
Baca juga: TANDA-TANDA Malam Lailatul Qadar: Berikut Cara Hitung Perkiraannya dan Ini Ciri Alamnya
Ustaz Baidi dalam tayangan Tanya Ustaz menyatakan bahwa, pahala yang didapatkan ketika orang melaksanakan ibadah saat waktu lailatul qadar lebih baik dibanding seribu bulan atau kurang lebih 84 tahun.
Oleh karena itu ada sunnah, yakni pada 10 hari terakhir diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk melakukan iktikaf.
Menurut Dr. Eko Asmanto M.Phil, itikaf menjadi hal yang menyempurnakan ibadah kita di bulan Ramadhan.
Itikaf berarti berhenti atau diam di dalam masjid dengan syarat-syarat tertentu, semata-mata niat beribadah kepada Allah.
Itikaf pada bulan Ramadan bisa dikatakan sebagai ruang perawatan khusus untuk menghilangkan dosa dari dalam hati.
Ketika akan melakukan itikaf, kita harus memiliki niat terlebih dahulu, dan faham dengan apa yang dilakukan.
Saat melaksanakan itikaf pikiran kita jangan sampai melamun dan pikiran kosong.
Baca juga: Amalan-amalan yang Dianjurkan di 10 Hari Terakhir pada Bulan Ramadhan, Sedekah hingga Itikaf
Kemudian, ketika diam di dalam masjid kita harus meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang sedang itikaf.
Itikaf hukumnya sunah dan tidak harus pada bulan Ramadan, boleh dilakukan bulan apa saja, yang penting melakukannya dan memahami.
Itikaf dianjurkan untuk dilakukan pada saat sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.
Hal ini dilakukan untuk mencari malam lailatul qadar, yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan.
Gus Agus Salim selaku dosen Syariah UNU Purwokerto juga memaparkan beberapa syarat melakukan itikaf, sebagai berikut.