TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Agama telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor SE. 08 Tahun 2022 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah pada Bulan Ramadan dan Idulfitri 1443 H/2022 M.
Edaran tersebut ditandatangani oleh Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas pada Selasa (29/3/2022).
Dalam edaran tersebut Manag Yaqut menganjurkan umat Islam untuk mengisi dan meningkatkan amalan pada bulan Ramadan.
Di antaranya salat tarawih, iktikaf, tadarus Al-Qur’an, pengajian, zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Namun tetap dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Baca juga: Anies Baswedan Teken Aturan ASN Pemprov DKI Cukup Kerja 7 Jam dari Jam 08.00-15.00 Selama Ramadan
“Umat Islam dianjurkan mengisi dan meningkatkan amalan pada bulan Ramadan, seperti salat tarawih, iktikaf, tadarus Al-Qur’an, pengajian, zakat, infak, sedekah, dan wakaf, tapi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan,” kata Yaqut dilansir laman resmi setkab.go.id, Jumat (1/4/2022).
Selain itu, Yaqut juga mengingatkan para jajarannya untuk bisa menjadi teladan penerapan protokol kesehatan.
Terutama selama penyelenggaraan ibadah Ramadan dan Idul Fitri.
Olehkarena itu Yaqut melarang pegawai Kemenag untuk mengacakan acara buka puasa bersama atau sejenisnya.
“Pejabat dan Aparatur Sipil Negara Kementerian Agama dilarang mengadakan atau menghadiri kegiatan buka puasa bersama, sahur bersama, dan/atau open house Idulfitri,” tegas Yaqut.
Baca juga: MUI Menerbitkan Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1443 H/2022, Berikut Ketentuannya
Berikut ketentuan penyelenggaraan ibadah pada bulan Ramadan dan Idulfitri 1443 H/2022 M menurut Kemenag:
1. Umat Islam melaksanakan ibadah Ramadan dan Idulfitri sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
2. Umat Islam dianjurkan untuk mengisi dan meningkatkan amalan pada bulan Ramadan, seperti salat tarawih, iktikaf, tadarus Al-Qur’an, pengajian, zakat, infak, sedekah, dan wakaf dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
3. Dalam penyelenggaraan ibadah Ramadan dan Idulfitri, pengurus dan pengelola masjid/musala memperhatikan SE Menag mengenai pelaksanaan kegiatan peribadatan/keagamaan di tempat ibadah pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sesuai dengan status level wilayah masing-masing dan menerapkan protokol kesehatan.