Maka, jika melakukan puasa Ramadan penuh dan juga puasa enam hari bulan Syawal setiap tahunnya, maka laksana ia berpuasa sepanjang masa.
Keutamannya lain, seperti dijelaskan dalam Buku Panduan Ramadhan terbitan Pustaka Muslim, puasa Syawal seperti halnya salat sunnah rawatib yang dapat menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah wajib.
Melakukan puasa Syawal merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadan.
Melaksanakan puasa Syawal menandakan bahwa ibadahnya kontinu dan bukan ibadah musiman saja.
Baca juga: Bacaan Doa Nabi Yunus, Lengkap dengan Tata Cara Berdoa
Baca juga: Bacaan Doa Ziarah Kubur dalam Tulisan Latin dan Artinya, Dilengkapi Tata Cara dan Adab Ziarah Kubur
Waktu Puasa Syawal
Lantas, kapan waktu dimulainya puasa Syawal? Apakah puasa Syawal harus dilakukan secara berturut-turut?
Rektor IAIN Ponorogo, Evi Muafiah, dalam Program Oase Tribunnews.com menerangkan, puasa Syawal bisa dimulai pada 2 Syawal, setelah hari raya Idul Fitri.
Saat Idul Fitri 1 Syawal, umat Islam diharamkan untuk berpuasa sehingga baru bisa dilakukan setelahnya.
Adapun pelaksanaannya tidak mesti secara berututan, sehingga bisa dilakukan secara terpisah atau berselang di hari atau tanggal tertentu dengan jumlah akhirnya nanti enam hari puasa.
Namun, jika pelaksanaannya dilakukan secara berturut, mulai dari tanggal 2 sampai 7 Syawal, itu akan lebih baik.
Di masyarakat Jawa, kata Evi, ada perayaan lebaran ketupat atau kebaran kecil yang jatuh pada 8 Syawal.
Hal itu dimaknai sebagai waktu berbuka kembali setelah melakukan puasa enam hari di bulan Syawal.
Hal yang sama, seperti dikutip dari Buku Pintar Panduan Lengkap Ibadah Muslimah, dijelaskan bahwa ada beberapa pandangan terkait waktu pelaksanaan puasa Syawal ini.
Menurut Imam Ahmad, puasa enam hari pada bulan Syawal dapat dilakukan berturut-turut atau tidak berturut-turut.