Pada kesempatan itu, Imam Magid mengenakan baju batik tangan panjang berwarna biru kehijauan yang dibelinya ketika datang ke Jakarta bersama Presiden Barack Obama, pada November 2010 lalu.
Ia mengatakan, acara ini benar-benar merefleksikan Indonesia, negara yang sangat indah, toleran, dan dikenal menerima orang lain dengan tangan terbuka.
Hal senada juga disampaikan Rabi David Saperstein, pemimpin komunitas Yahudi yang pernah menjabat sebagai Duta Besar Luar Biasa AS Untuk Kebebasan Beragama Internasional.
“Setiap kali diundang untuk datang dan bicara, saya dan komunitas kami merasa senang karena hubungan khusus kami dengan Indonesia. Komunitas masyarakat Yahudi sangat gembira dapat berbagi pengalaman, terutama karena tahun ini sangat istimewa mengingat kita merayakan hari besar di waktu bersamaan, yaitu Passover yang dirayakan warga Yahudi, Paskah yang dirayakan warga Kristen, dan Ramadan yang dijalankan warga Muslim. Ketiganya memperbarui kembali semangat spiritualitas kita bersama," ujarnya.
Pastur Senior Bruce Mitchell juga menyampaikan hal yang sama ketika berbicara dalam acara ini.
Dalam perspektif agama Ibrahim, agama Yahudi, Kristen, dan Islam dinilai datang dari Tuhan melalui seorang rasul dan nabi pilihan yang membawa misi yang sama, yaitu tauhid atau monoteisme.
Lewat ceramah singkat ketiga tokoh agama yang hadir dalam acara ini, disampaikan bahwa Yahudi diturunkan melalui Musa, Nasrani atau Kristen melalui Isa, dan Islam melalui Muhammad.
Kedekatan ketiga agama itu tampak ketika ketiga utusan itu bertemu pada Ibrahim dan sama-sama mengakui Ibrahim sebagai “the foundation father’s” atau bapak para nabi, bagi agama tauhid, yang mengakui satu Tuhan.
Pertemuan lintas iman ini diakhiri doa dan buka puasa bersama, yang menyajikan berbagai makanan khas Indonesia, antara lain kambing guling yang disajikan secara utuh, ayam suwir Bali, sate ayam dan kambing, rendang, mie bakso hingga bubur sumsum.