Laporan Wartawan Tribun-medan.com, Parlindungan Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, KABANJAHE - Kondisi pengungsian korban letusan Gunung Sinabung ternyata masih memprihatinkan. Hingga Senin siang (30/08/2010) banyak pengungsi yang belum berganti baju.
Sejak mengungsi Jumat pekan lalu, mereka hanya membawa pakaian yang melekat di badan. Mereka juga sulit puasa, karena di posko tak tersedia makan sahur.
Ukur Melila (58), nenek yang berasal dari Desa Sukanalu, Kecamatan Laman Teran, di kaki Gunung Sinabung, mengaku ingin segera pulang ke rumahnya.
Ukur Melila dan seorang cucunya, Azmi Melila (5) saat ini ditampung di Posko Sempakata, Kabanjahe.
Penampungan ini, meski aman tapi tetap tidak nyaman. Debu dan udara dingin membuat darah tinggi nenek delapan cucu ini kumat." Kami dua hari ini tidur beralas tikar pandan saja,kepalaku mulai suka pusing" katanya.
Saat letusan pertama, Ukur Melila tak sempat membawa harta benda. Hanya baju di badan yang dibawanya. Nenek ini mengaku panik saat Sinabung memuntahkan debu vulkanik mulai Jumat sore ( 27/08/2010).
"Ya, Tuhan.. Kemanalah kami ini, lindungilah kami ya, Allah," kata Ukur Melila menceritakan situasi saat itu.
Hujan abu dan bumi yang bergemuruh sangat terasa di desanya yang persis di kaki Sinabung. Semua panik, termasuk Ukur Melila.
Sambil menggendong cucunya, Azmi Melila, nenek ini berlari sekencang-kencangnya ke tempat yang aman. Mereka selamat, setelah berhasil menumpang mobil warga lain . "Tak ada yang dibawa, hanya baju melekat di badan ini," ujarnya.
Meski posko penampungan menyediakan 3 kali makan, tapi untuk warga muslim tidak tersedia makan sahur. Hal inilah yang membuat Ukur Melila tak bisa berpuasa selama di pengungsian.
"Aku ingin pulang, ingin mengurus ladang," Kata Ukur Melila sambil berharap Gunung Sinabung berhenti murka. (*)
Pengungsi tak Makan Sahur
Editor: Harismanto
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger