Laporan Wartawan Tribunnews.com, Domu D Ambarita
TRIBUNNEWS.COM, MUNTLAN - Banjir lahar dingin menghanyutkan jembatan di aliran Sungai Pabelan, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Materi muntahan Gunung Merapi hanyut dibawa air hujan yang turun deras mengguyur puncak Merapi sejak pukul 10.30 WIB, Rabu (1/12/2010). Akibat banjir, arus lalulintas dari Yogya menuju Muntilan terputus.
Pendiri Pondok Pesantren At-Tauhid Al-Islamy KH Abdul Aziz Asyhuri, menyaksikan banjir bandang tersebut. "Banjir bandang lahar dingin Merapi di Kali Pabelan, shubahallah," ujar Aziz lewat pesat singkatnya yang diterima Tribunnews.com. "Hujan dari tadi pagi, sampai detik ini masih lebat sekali," katanya.
Saat dihubungi, Aziz Asyhuri mengaku masih berada di pondok pesantren yang terletak persis di bantaran Sungai Pabelan dan menyaksikan bagaimana derasnya terjangan air sungai tersebut.
"Banjir bandang menghanyutkan lahar dingin, air meluap, kalau biasanya maksimal setinggi lima meter, detik ini, ketinggian air sudah setinggi lebih dari 4 meter. Akibat banjir ini, jembatan air meluap sampai menerjang jembatan. Bahkan ada jembatan yang hanyut, dan akibatnya jalur komunikasi dari Yogya ke arah Multilan terputus," kata Aziz.
Menurut dia, banjir mulai terlihat pukul 12.15 WIB. Saat banjir menghanyutkan material berupa lahar dan bebatuan yang dimuntahkan Gunung Merapi 26 Oktober, dan puncaknya 5 November silam, getaran sangat terasa hingga ke daratan. "Getaran akibat banjir lahar dingin ini terasa seperti gempa. Daun jendela dan daun pintu terasa bergetar, seperti saat gempa," kata KH Aziz sambil berharap informasi yang diberikannya dapat segera menyebar sehingga warga di hilir dapat segera menyingkir dari sekitar kali.
Informasi adanya banjir lahar dingin juga memaksa penambang pasir meninggalkan lokasi penambang. Menurutnya, truk-truk penambang pasir sengaja membunyikan klakson sebagai peringatan dini kepada warga di sekitar Pabelan, Muntilan sehingga terhindar dari bahaya banjir.(*)
Banjir Lahar Setinggi 4 Meter Putuskan Jalur Jogja-Muntilan
Editor: Juang Naibaho
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger