TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Kematian Putri Mega Umboh, istri AKBP Mindo Tampubolon, masih menyisakan duka mendalam bagi Getwein Mozze, ibunda Putri Mega Umboh. Terlebih lagi, polisi belum juga berhasil mengungkap otak pelaku pembunuhan Putri. Padahal pembunuhan itu sudah berlangsung 24 hari.
Kejadian ini merupakan pukulan besar bagi keluarga. Apalagi suaminya yang berpangkat Kombes bertugas di Polda Bali, sampai sekarang tidak bisa diajak bicara. Putri merupakan anak kesayangannya.
"Suami saya lama di reserse, sekarang anaknya dibunuh orang. Kasusnya sangat lamban ditangani sehingga jadi beban bagi suami," ujarnya.
Getwein Mozze sengaja datang ke Batam, Minggu (17/7/2011) untuk bertanya kepada penyidik mengenai penanganan kasus anaknya. Mozze juga ingin memberikan dorongan mental kepada Mindo.
"Saya datang ke Batam untuk mempertanyakan ke penyidik. Sekaligus memberikan dorongan kepada menantu saya, Mindo yang saat ini masih tertekan. Kalau memang saya dipanggil jadi saksi oleh penyidik saya bersedia. Saya berharap proses penyidikan bisa cepat selesai," kata Getwein Mozze.
Jenazah Putri ditemukan di sebuah hutan di Nongsa. Dalam kasus ini, penyidik Polda Kepri telah menangkap tujuh tersangka, termasuk Ros, pembantu Putri. Ros juga melibatka pacarnya, Ujang.
Mozze terus saja meneteskan air mata kala mengingat, cucunya yang berumur 2,4 tahun, bermain sendirian di Pekanbaru.
"Air mata saya menetes melihat cucu saya. Anak orang lain ditemani ibunya. Saya sangat sedih dan menangis, ketika cucu saya memanggil mama..mama, tapi ternyata mamanya sudah pergi untuk selamanya. Apa dosa saya ya Tuhan, sehingga anak kesayangan saya harus cepat dipanggil dan meninggal dengan cara sadis," kata Mozze dengan meneteskan air mata.
Mozze yang datang ke Batam ditemani saudaranya dan puluhan keluarganya dari Ambon yang tinggal di Batam berkumpul sambil mendengar jeritan hari Getwein Moze.
Ia pun terus menanyakan kepada penyidik, kapan bisa ditangkap otak pelakunya.
"Saya sebagai keluarga polisi bertanya-tanya. Suami saya seorang perwira dan menantu saya juga perwira, tapi kasus yang menimpa keluarga saya, kok lama sekali terungkap otak pelakunya. Kalau polisi bisa mengungkap 1 x 24 jam untuk pembunuhan dari kalangan masyarakat biasa, kenapa untuk keluarga saya sangat lama, bahkan dua 24 hari belum ada titik terang," tanyanya.
"Mungkin ini cobaan bagi kami, saya selalu berdoa kepada Tuhan agar Ujang dan Rosma dibuka hatinya untuk berkata jujur, sehingga mereka bisa menyampaikan siapa otak dibalik pembunuhan anak saya itu. Saya sudah capek sekali sejak dikabari Putri meninggal dengan cara dibunuh. Saya minta supaya anak saya tidak diapa-apakan sebelum saya datang, tapi sudah langsung dimandikan, padahal wajah anak saya gosong saat dikirim fotonya oleh seorang polisi," katanya.
Istri perwira polisi itu sempat menelepon penyidik apakah anaknya sebelum diterbangkan ke Lampung dilakukan autopsi? Penyidik menyebut tidak dilakukan autopsi.
"Saya heran, orang yang meninggal karena serangan jantung saja,dan rekam jejak keluarganya penyakit jantung, tetap dilakukan autopsi. Begitu juga yang bunuh diri. Anak saya dibunuh secara sadis dengan delapan tusukan dan leher nyaris putus, wajahnya gosong tidak dilakukan autopsi. Saya melihat ada yang janggal, karena itu saya minta untuk diautopsi, termasuk menggali jenazah anak saya yang sudah dikubur hampir sebulan. Saya persilahkan diautopsi sehingga bisa tahu jam berapa anak saya meninggal," tuturnya.