TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Briptu Eriek Setyo Widodo (25), petugas Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polsek Sukolilo, Bangkalan yang ditemukan tewas, Senin (1/8/2011) diketahui tengah bertugas beberapa jam sebelumnya.
Sekitar pukul 15.00 WIB, Eriek tengah mengejar sebuah sepeda motor yang melaju dari arah Surabaya, melanggar lalu lintas di traffic light di persimpangan Desa Petapan. Dalam pengejaran itu, Eriek tidak kunjung kembali. Malahan, pengemudi sepeda motor yang diburunya, tiba terlebih dulu mendatangi pos jaga Petapan.
Dari keterangan pengemudi sepeda motor itulah, Eriek diketahui sedang mengobrol dengan tiga orang yang menggunakan mobil Kijang warna biru dongker. Dua dari orang itu menggunakan atribut provost. Sedangkan satunya berpakaian preman.
Hampir satu jam, Eriek juga belum kembali. Hal ini membuat petugas lainnya mencoba menyisir lokasi dan hanya menemukan sepeda motor Eriek. Saat itulah, para petugas mulai waswas.
Briptu Eriek ditemukan tewas dengan luka tembak di punggung hingga nyaris tembus dada, Senin (1/8/2011) sekitar pukul 16.30 WIB di perkebunan pohon jati, Desa Gigir, Kecamatan Blega, Bangkalan.
Kapolres Bangkalan AKBP Kasero Manggolo yang dijumpai di samping kamar mayat RSUD Syamrabu Bangkalan masih belum mengeluarkan pernyataan atas meninggalnya Eriek. Namun, polisi berpangkat dua melati di pundaknya itu membenarkan bahwa jenazah tersebut adalah anggota Satlantas Polres Bangkalan yang diperbantukan di Polsek Sukolilo.
“Betul. Ia adalah anggota kami yang diperbantukan di Polsek Sukolilo. Motif pembunuhan tersebut masih belum jelas. Belum bisa memberikan keterangan sebelum menunggu hasil otopsi. Nanti sajalah,” singkatnya.
Hingga pukul 20.30 WIB, jenazah Eriek masih belum dikeluarkan dari kamar mayat. Beberapa petugas yang berjaga mengatakan masih menunggu tim dari Polda Jatim. Keluarga dan kerabat mulai berdatangan. Begitu juga istri Eriek, Surayayuk (23). Namun, ia tetap berada di dalam mobil karena tidak tahan masuk ke kamar mayat.
Selain meninggalkan seorang istri, Surayayuk, yang ditinggal di rumah di Desa Kebun Alas, Kecamatan Arosbaya, Eriek juga meninggalkan seorang bayi berusia empat bulan, Diska. “Orangnya baik. Ia berbaur dengan masyarakat tatkala lepas dinas,” ujar Mahmudi, salah seorang keluarga Surayayuk.
Rencananya, jenazah Eriek akan dikebumikan di desa kelahirannya di Rejoso, Nganjuk atas permintaan keluarganya. “Namun, kami mengupayakan agar almarhum disucikan terlebih dulu di rumah istrinya,” pungkas Mahmudi.