Laporan Kontributor Tribunnews.com, Chanry Andrew Suripatty
TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Sebagai tokoh masyarakat Papua khususnya kota Jayapura dan juga sebagai mantan Petinggi Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang telah kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia Frans Albert Yoku meminta pihak kemanan baik Polri dan TNI serta Pemerintah untuk secepatnya menghentikan aksi terror dengan cara menembak warga di Jayapura. Selain itu, Ia juga meminta untuk mengembalikan situasi di Papua khususnya di Jayapura aman, tentram dan damai. Dan warga Jayapura juga tidak perlu hidup dengan rasa ketakutan atau trauma.
“Kita harus mencari tau siapa pelaku teror ini dan siapa mereka itu, apa yang membuat mereka membuat kejahatan ini. Dan saya tidak mau bilang ini bentuk kekacauan. Tapi saya ingin kedamaian di Papua kembali. Sebab kami masyarakat ingin Papua damai, sebab kami sudah ketinggalan jauh dari daerah lain. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan hal-hal seerti ini,” ungkapnya kepada Tribunnews.com Rabu (13/6/2012) malam di Jayapura.
Frans menyampaikan, dari data yang di terimanya, bahwa setiap korban
penembakan adalah warga pendatang yang dating ke Papua. Pertanyaannya
kenapa mereka saja ?
“Sebagai orang awam bisa saja menyimpulkan dengan deduksi orang pandai pelakunya orang Papua. Tapi siapa itu orang Papuanya. Jadi kami mengharapkan Polda Papua untuk menyelesaikan tugasnya untuk memberi tau siapa pelakunya kepada kami orang Papua dan juga masyarakat Indonesia, siapa pelaku dan membuat gejolak ini” tegasnya.
Namun Frans menyatakan, siapa pun pelakunya, tindakan orang yang melakukan aksi ini, harus di tangkap. Dan hal seperti ini harus di selesaikan sebab ini tidak layak terjadi di Papua.
“Kita tidak perlu hidup lagi dalam ketakutan. Saya menghimbau kepada pemerintah, pihak keamanan untuk bekerja sama dalam mengembalikan Papua dalam keadaan yang normal dan juga dalam suasana damai,” ucapnya.
Disinggung, siapa aksi atau dalang dari aksi teror ini ia mengatakan pelaku dari kelompok Papua Merdeka bisa juga. Sebab dari di lihat dari korbannya yang mengerucut ke orang pendatang. Sedangkan saat ini masih ada kaum pemuda yang muncul meminta Papua merdeka, tanpa mengetahui sejarah di Papua yang sudah bergabung ke NKRI.
“Kami sendiri tidak tahu, siapa pelaku tembak menembak ini. Sementara kami menunggu dan kami tidak perlu menjadi penyidik dan melakukan
analisa terkait kasus ini. Sebab ada pihak kemanan yang nantinya bertugas mengungkap kasus ini,” ujarnya.
Saat ditanya Tribunnews.com soal senjata yang digunakan oleh para pelaku penembakan misteriu tersebut berasal dari mana, ia ( Frans Alberth Yoku.red) mengatakan bisa dari dalam, dan juga bisa saja dari luar. Apa lagi wilayah perbatasan kita yang sangat terbuka.
"Senjata juga lebih gampang di raih dari Australia dengan cara tukar menukar dan juga perbuatan senjata rakitan,” paparnya.
Namun bila senjata ini rakitan, Frans mengungkapkan, tidak percaya masyarakat bisa melakukan perakitan senjata atau memilii keterampilan di bidang ini.
“Saya tidak percaya bahwa masyarakat asli Papua bisa merakit senjata. Tapi kalau di dapat dari piha-pihak tertentu, iya,”
terangnya.
Sedangkan dalam hal aksi teror ini, Frans mengajak warga masyarakat
dan juga pihak kemanan jangan hanya melihat dari segi poltik, tapi juga lihat dari segi bisnis.
“Banyak orang yang melakukan bisnis di Papua. Dimana Papua juga adalah salah satu tempat orang yang bisnis dengan meraub keuntungan yang tinggi. Maka dari itu pelaku bisnis ini juga harus kita curigai. Namun yang jelas ini harus dihentikan oleh pihak kemanan dan juga pemerintah,” pungkasnya.
- Sejumlah Saksi Diperiksa Soal Penembakan di Papua
- Pemprov Papua Tanggung Biaya Korban Penembakan OTK
- Pasukan TNI/Polri Tingkatkan Patroli Malam Hari Di…
- Bertameng Atap Seng, Mereka Saling Serang
- Kelompok Penembakan di Papua Berdiri Sendiri-sendiri
- Panglima: TNI Tak Boleh Bertindak Berlebihan di Papua