Laporan Wartawan Pos Kupang, Fredy Hayong
TRIBUNNEWS.COM, ATAMBUA--Kasus mutilasi dengan korban ibu guru pada SD GMIT Atambua, Rosalina Bete, anaknya Imelda Putri alias Esra dan salah satu anak dalam kandungan, Minggu (24/2/2013) gegerkan warga Belu umumnya dan Desa Looneke, Kecamatan Sasitamean.
Mayat para korban baru diketemukan seminggu sesudahnya tanggal 3 Maret 2013 siang dengan kondisi mengenaskan. Mayat korban ditemukan 50 meter dari kediaman suami di Looneke dalam kondisi, korban Rosalina ditemukan badan tanpa tangan kanan dan bahu, sementara anaknya, Esra baru ditemukan kepala sedangkan badan lainnya raib.
Keluarga korban, Pater Ande Hane, SVD, ketika dihubungi Pos Kupang di Atambua, Jumat (8/3/2013) membenarkan peristiwa yang dilukiskan sebagai perbuatan kejam dan biadab.
Pater Ande mengungkapkan, kasus ini bermula dari kematian tanta dari suami korban, Silvester Bria di Desa Looneke. Selama ini korban bermukim di Wekatimun, Kelurahan Manuaman, Atambua Barat. Korban bersama suami dan anaknya Esra ke Looneke untuk menghadiri penguburan dan lazimnya urusan adat harus membawa tais (kain adat Belu, Red).
Karena tais yang dibawa korban sangat kecil sehingga jadi bahan olok-olokan dan dicercah para pelayat yang lain. Karena merasa malu, korban kemudian ke pasar untuk membeli sirih pinang untuk diberikan kepada pelayat yang hadir namun masih ke rumah keluarga.
Karena korban belum datang ke rumah duka, jelas Pater Ande, salah seorang ibu diutus menjemput korban tetapi keluarga melarang dengan alasan kalaupun korban ke rumah duka tetap menjadi sasaran olok-olokan para pelayat. Setelah itu datanglah suami korban bersama 6 orang memanggil korban untuk hadir karena tanpa kehadiran korban acara penguburan belum bisa dilaksanakan.
"Karena namanya suami yang jemput, keluarga di Looneke memberikan ijin tetapi dengan pesanan supaya dijaga baik-baik karena korban sebelumnya jadi bahan olok-olokan hanya karena Tais. Waktu itu korban masih bersihkeras untuk tidak jalan tapi suami mencekik korban sehingga keluarga merelakan korban untuk bersama-sama dengan suami ke rumah duka tetap dengan pesan supaya jaga baik-baik," tutur Pater Ande.
Pater Ande menambahkan, esok harinya tanggal 24 Februari, korban hilang tanpa berita. Keluarga kemudian mencari termasuk suami korban ke Atambua menanyakan di keluarga.
Saat itu, ibu korban menanyakan dimana anaknya Rosalina karena sudah tiga hari tanpa berita. Dan saat itu dijawab suami korban bahwa dirinya tidak tahu dan justru mau menanyakan ke ibu kandung manakala keluarga di Atambua menyembunyikan korban. Keluarga korban baik dari Babotin maupun Looneke memutuskan untuk mencari korban dan anaknya.
"Saat itu saudari dari suami korban membeberkan kalau dia sepertinya melihat sesosok mayat laki-laki yang kemungkinan dibunuh. Dari informasi itu keluarga kemudian mencari ke daerah sekitar rumah suami kurang lebih 50 meter dan mendapatkan mayat korban dengan kondisi yang sangat mengenaskan.
Mayat Ibu Rosalina tanpa tangan kanan dan baku sementara badan masih baik. Korban juga dalam kondisi hamil 3 bulan. Sedangkan anaknya hanya ditemukan kepala sementara badannya hingga kini belum ditemukan. Atas penemuan mayat korban inu keluarga kemudian melapor ke polisi," jelas Pater Ande.
Atas kejadian ini, atas nama keluarga korban Pater Ande mengutuk perbuatan pelaku yang ditengarai sangat sadis dan biadab. Keluarga meminta aparat Polisi untuk mengusut tuntas pelaku pembunuhan korban dan dua orang anaknya dan menuntut segera menangkap suami dan rekan-rekannya yang awal mula menjemput korban.
Atas kasus ini, Kapolres Belu, AKBP Yudi Priyono, S.H, ketika dikonfirmasi melalui Kabid Humas, IPTU Muhammad Azhar mengatakan, kasus ini tengah ditangani Polsek Sasitamean dan dibantu penyidik dari Polres Belu. Langkah yang sudah dilakukan adalah melakukan visum terhadap mayat korban.
"Polisi masih melakukan penyelidikan terhadap kasus kematian korban," kata Azhar.
Baca Juga :
- Brimob Siap Back Up Keamanan OKUT 1 menit lalu
- Irwasum: Besok Polisi Tugas Seperti Biasa 12 menit lalu
- Brigadir Wijaya Terpukul 24 menit lalu