TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR -- Secara khusus, Selasa (2/4/2013) pukul 14.47 wita, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, mengundang wartawan Tribun Timur (Kelompok Tribunnews.com). Dia bermaksud memberi penjelasan dan latar belakang soal berita headline edisi hari itu, "Gubernur: Palopo Disusupi Teroris."
Menurut Syahrul, pernyataan "teroris" adalah respon atas pertanyaan 'stop door' sejumlah wartawan media cetak dan elektronik, sebelum naik ke mobil DD 1, di teras Kantor Gubernur, Jl Urip Sumiharjo, Makassar.
"Saya memang ditanya wartawan perihal insiden di Palopo, Senin (1/4/2013) siang. Satu di antara pertanyaan itu adalah apakah pelaku rusuh di Palopo itu ada indikasi teroris yang menyusup," kata Syahrul Limpo kepada Tribun, di sebuah kedai steak di Mal Ratu Indah, Makassar, Selasa (2/4/2013).
Kemarin, gubernur memberi penjelasan didampingi Ketua DPRD Sulsel Moh Roem, Ketua DPRD Kota Makassar Farouk M Betta, Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Makassar Haris Yasin Limpo, dan Kadis Tarkim Sulsel Andi Bakti Haruni. Hadir juga tiga fungsionaris DPD Golkar Sulsel, Arfandi Idris, Piter Gozal, dan Maqbul Halim.
"Pernyataan gubernur saat itu sesuai kondisi saat itu. Beliau juga hanya merespon konfirmasi wartawan, soal dugaan teroris," kata Kepala Biro Humas Pemprov Sulsel Agus Sumantri.
Dijelaskan Agus, kala menjawab wartawan, gubernur yang juga Koordinator Komunitas Intelijen Daerah (Kominda) Sulsel itu, belum meng-update informasi terakhir soal penanganan hukum oleh instansi otoritatif di Palopo soal insiden Senin (1/4/2013) sore lalu, secara bertahap Polda baru mengumumkan penangkapan seorang warga Luwu Utara yang kemudian ditetapkan menjadi tersangka.
Malam harinya, polisi kembali menangkan dua warga Palopo yang diduga kuat ikut dalam insiden pembakaran pembakaran dan pengrusakan sejumlah properti milik pemerintah dan kantor harian lokal, Palopo Pos.
"Semua bisa saja terjadi, dan kemungkinan itu ada dan sengaja memanfaatkan momen di Palopo," tegas Syahrul kepada wartawan di koridor kantor gubernur.
Mantan Bupati Gowa dua periode ini memiliki alasan tersendiri kenapa sampai dirinya menduga ada tindakan teroris di Palopo. "Acara kecil saja seringkali disusupi. Apalagi ada momentum politik seperti pilkada," tandasnya.
Namun kendati demikian, gubernur menepis pirasatnya jika kerusuhan yang terjadi di daerah itu ada campur tangan oknum teroris. "Biarlah aparat menyelidiki."
Dalam penjelasannya kemarin, gubernur kembali mengatakan, "saat itu (kepada wartawan) saya mengatakan, semua berpeluang. Saya tidak spesifik mengatakan ada teroris yang menyusup. Keliru itu."
Menurutnya, aksi yang saya tahu tentang teroris adalah person berjaringan tertutup yang biasanya menyerang simbol-simbol negara dan institusi tertentu. Dalam melakukan aksinya, beralasan ideologis dan punya misi tertentu.
Dengan parameter itu, jelasnya, amat sulit menyimpulkan bahwa pelaku rusuh di Kota Palopo adalah teroris.
Syahrul, juga menjelaskan soal langkah taktis yang sudah ditempuh, sebelum ia mendapatkan SMS dari Presiden SBY, Minggu (31/3/2013), sekitar pukul 23.00 wita.
"Sore harinya, sejak tahu konfdisi itu saya lkamgsung berkoordinasi dengan Kapolda, Pangdam, kepala daerah, bahkan sampai dandim dan kapolres di Palopo," ujarnya.
Bahkan, malam harinya, dia sudah memerintahkan Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu'mang dan Kepala BKD Sulsel Tautoto Tanaranggina untuk turun langsung mengendalikan situasi.
"Prinsipnya, saya bilang meski kantor Wali Kota terbakar. Proses pelayanan pemerintahan tetap berjalan dengan lancar bahkan suasana di Palopo berangsur kondusif," terangnya.
Ditanya mengenai inpres Nomor 2 tahun 2013, Syahrul mengatakan, dirinya akan memberlakukan peraturan tersebut.
Hal itu, menurut Syahrul untuk mengantisipasi jangan sampai peristiwa ini semakin meluas hingga menimbulkan jatuh korban. "Makanya kita percayakan polisi dan TNI untuk mengendalikan situasi keamanan di Kota Palopo dan memerintahkan untuk menempuh jalur hukum," tandas orang nomor satu di Sulsel ini.
Terkait adanya aset pemerintah yang terbakar pada insiden tersebut, Syahrul mengatakan, akan mendapatkan perhatian dari pemerintah provinsi dan berharap bisa juga menjadi fokus pemerintah kota. Apakah pemprov akan ikut membantu pembangunan aset pemerintah tersebut, Syahrul menjawab akan mengkoordinasikan lebih lanjut.
"Aset pemerintah yang terbakar tentunya akan mendapat perhatian pemerintah provinsi dan pemerintah kota," ungkap Syahrul berharapa agar semua pihak menahan diri dan tidak terprovokasi. (Tribun Timur/jum/rud)