Rekan, teman sekolah Taufiq yang mampir ke rumahnya di Palembang ketika itu pasti akan disuguhi makan. Ketika masuk waktu makan, mereka tidak diperbolehkan pulang sebelum makan bersama di rumahnya.
"Sifat murah hati beliau ini memang sudah sejak lama melekat, sama seperti almarhum ayah beliau yang juga pemurah. Saya ingat betul ketika SMA bermain ke rumahnya, almarhum pak Tjik Agus tidak akan membiarkan kami meninggalkan rumah kalau belum makan ketika waktu makan tiba," kenangnya mengingat memori masa lalunya bersama rekan semasa sekolah dulu.
Sifat ini masih melekat hingga akhir hayat almarhum. Hampir seluruh rekan yang mengenalnya mendapat pemberian (oleh-oleh,red) darinya. Sebut saja mulai dari mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD yang diberi sebuah jam tangan eksklusif yang kemudian diberikan mahfud se KPK sebagai barang grativikasi yang akhirnya dilelang oleh KPK.
Hal serupa juga terjadi pada Gubernur Sumsel Alex Noerdin yang mendapat sebuah jaket kulit dari bapak empat pilar negara ini. Kejadian ini berawal ketika Alex Noerdin memuji jaket yang dikenakan Taufiq Kiemas yang kemudian secara spontan langsung mengiriminya sebuah jaket yang sama di lain kesempatan.
"Kamu galak, kagek aku kirimi," tutur DR Marwah menirukan ucapan Taufiq Kiemas kepada Alex Noerdin ketika itu.
Sifatnya ini menujukkan karakter dermawannya. Pemberiannya tidak disertai embel-embel apapun, terlebih menyekat hubungan atas dasar ideologi partai.
"Kalau memberi tangan kanan, tangan kiri tidak tahu. Beliau memberi tanpa tedeng aling-aling, tidak ada sekat-sekat partai. Coba ingat ketika SEA Games lalu di Palembang, beliau back up penuh Alex Noerdin, padahal mereka berbeda partai. Dia tunjukkan kalau sesama masyarakat Sumsel bisa saling membantu, ditunjukkan kalau ia sesepuh masyarakat sumsel," ungkap sahabat TK ini menjelaskan makna yang tersirat dari sikap kedermawanan sang negarawan.