TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Kasus skandal YouTube dan Facebook (FB) yang menyeret nama Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), I Nyoman Sumaryadi, masih berbuntut panjang.
Susi Susilowati (35), ibu Dimas I Putu Sumaryadi, akhirnya muncul di hadapan publik. Bersama Dimas, Susi mengungkapkan kepada sejumlah wartawan perihal hubungan gelapnya selama ini dengan Nyoman.
Pascapemberitaan di media massa, Susi mengaku kerap mendapat telepon dari orang-orang di lingkungan IPDN. Bahkan, menurutnya, sepanjang perjalanan dari kediamannya di Bogor ke Bandung, Selasa (11/6/2013), pun Susi menerima lima pesan pendek dari beberapa staf IPDN,
"Waktu itu saja, ada dosen, saya disuruh ke Jatinangor. Katanya, ada pembicaraan yang tidak harus lewat telepon. Karena menyangkut nama lembaga, yang korban akibat Ibu dan Bapak (Nyoman). Katanya, ini solusi untuk Dimas. Nanti Dimas dimasukkan asuransi dengan angka besar. Dia bilang bagaimana kalau Rp 1-2 miliar. Itu kan enggak masuk logika?" ujar Susi di kantor salah satu media online dan cetak di Jalan Pasteur, Bandung, kemarin.
Susi mengatakan, dia berani tampil di depan publik karena sudah tidak tahan dengan kondisi yang ada. Selain itu, mulai banyak pihak yang menghubunginya dengan berbagai alasan, dari yang mendukung sampai mereka yang melarang Susi untuk mengungkapkannya ke media massa.
Hanya ditemani oleh Maftuh Sofyan Kamal (11), anak sulungnya, dan Dimas, bayi laki-laki yang disebutnya hasil hubungan gelapnya dengan Rektor IPDN tersebut, Susi mengungkapkan keinginannya di depan sejumlah wartawan. Ia hanya meminta pertanggungjawaban orang nomor satu di IPDN Jatinangor, Sumedang, tersebut.
Terungkap pula salah satu alasan yang melatarbelakangi Susi hamil hingga melahirkan Dimas, yaitu ia terpaksa "melayani" keinginan Nyoman. Rektor berusia 63 tahun tersebut meminta imbalan yang tak bisa dipenuhi, baik oleh orang tua praja asal Papua maupun oleh Susi.
"Saya tadinya cuma bantu seorang teman, yang orang tuanya dari kalangan biasa. Anaknya pintar, sudah dua kali ikut tes ke IPDN tidak masuk. Anak itu masuk pada 2011 dan Pak Nyoman minta imbalan karena dia sudah bantu. Dari situ, baru sering komunikasi," kata Susi sambil berurai air mata.
Susi tak bisa memenuhi imbalan yang diminta, yakni sebuah sabuk Manokwari yang nilainya mencapai sekitar Rp 180 juta. Karuan, baik Susi maupun orang tua yang anaknya masuk ke IPDN tak bisa memenuhinya.
Pada pertemuan kedua, di Hotel Aquila, Jalan Pasteur, Bandung, tiga hari menjelang pengukuhan Praja 2012, Susi "terpaksa" memenuhi keinginan Nyoman. Pasalnya, Susi tak bisa menyediakan uang ataupun sabuk Manokwari yang berhiaskan emas 24 karat itu. Pascapertemuan itu, Susi pun mengandung anak dari Nyoman yang kini tidak diakuinya.
Saat ditemui Tribun di Jatinangor, Senin (10/6), Nyoman mengatakan tidak merasa mencampakkan seorang bayi seperti yang dikemukakan di situs YouTube dan FB. Dia mengaku tidak tahu dan tidak merasa, berkenaan dengan pemberitaan tersebut.
"Kami tidak menanggapi isu-isu yang tidak benar, sepanjang tidak menjatuhkan degradasi hak asasi saya. Ya, saya tidak akan berbuat apa-apa. Karena saya tidak akan melayani orang yang tidak jelas," kata Nyoman. (dicky fadiar djuhud)