TRIBUNNEWS.COM, MURATARA - Herlika alias Heri (19) meregang nyawa tertembus timah panas saat polisi melakukan pengejaran terhadap pelaku perampokan. Herlika diduga menjadi korban salah tembak aparat kepolisian.
Perwakilan keluarga, Redy yang ditemui Tribun, mengatakan Herlika merupakan sosok anak yang baik dan rajin sekolah. Pihaknya meyakini anggota kepolisian telah salah sasaran ketika melakukan penembakan terhadap keponakannya itu.
Pihaknya tidak akan pernah merelakan keluarganya yang tidak bersalah mati dan siap berkorban apapun untuk melakukan pembalasan terhadap tindakan tersebut.
Soldi (40) paman Herlika meyakini polisi salah tembak.
"Sebab yang dicari Syaiful. Tidak tahu adiknya yang kena. Mereka berdua ini mirip mukanya. Kami minta diusut tuntas," kata Soldi, Rabu(3/7/2013).
Syaiful yang diduga terlibat perampokan berhasil lolos dari pengerebekan yang dilakukan polisi.
Untuk diketahui, Kerusuhan kembali pecah di Kabupaten Musi Rawas Utara(Muratara). Dua Mapolsek di Kabupaten ini hangus dibakar massa.
Kejadian berawal saat tim polisi mengejar kawanan perampok yang meresahkan warga sekitar. Ketika tiba di Desa Karang Anyar, polisi melepaskan tembakan dan merenggut nyawa warga bernama Erlika. Mengetahui Erlika tewas ditembak polisi, warga marah.
Dalam tempo cepat mereka berkumpul lalu bergerak menuju Mapolsek menggunakan motor dan mobil. Sekitar 20 menit tiba di tempat yang dituju, halaman Mapolsek Rupit, warga langsung bertindak secara beringas. Jeriken berisi minyak tanah langsung disiramkan ke semua sudut Mapolsek, lalu disulut api.
Aksi ini tak terkendali, karena mereka gusar tak ditemui seorang pun anggota Polsek maupun Kapolsek Rupit. Kapolsek dan anggotanya lebih dulu menyelamatkan diri atas bantuan warga sekitar.
Puas membakar Mapolsek Rupit, massa yang masih marah bergerak ke Mapolsek Rawas Ulu, jaraknya sekitar 30 menit perjalanan motor dari Mapolsek Rupit. Aksi serupa tak terhindarkan lagi, warga membakar Mapolsek Rawas Ulu hingga jadi arang.
Melihat dua Mapolsek tinggal arang, massa kembali menuju kampung halamannya, Desa Karang Anyar. Suasana di wilayah Muratara masih mencekam, apalagi sebagian massa memblokir akses Jalinsum. Aanarkisme massa ini bak mengulang aksi dan target yang sama, April 2013 lalu.