TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Sedikitnya jumlah sipir penjaga Lapas Tanjung Gusta, Medan, dinilai sebagai salah satu penyebab mudahnya para narapidana melakukan aksi kerusuhan dan pembakaran lapas.
"Petugas setiap hari per regu jaga hanya 19-20 orang. Napi yang melakukan aksi lebih 300 ada 500 orang. Di dalam ada banyak tabung gas, tipe besar untuk masak makanan warga binaan," ungkap petugas jaga Lapas Tanjung Gusta, Gabriel Siregar, Sabtu (13/07/2013).
Gabriel mengisahkan, pada malam kerusuhan itu, suasana di dalam lapas memang cukup mencekam. Sebagain napi, melawan petugas dan membakar bangunan dan benda-benda dalam lapas.
"Jumlah napiĀ yang mengamuk lebih 500 orang. Sisanya, napi berada di dekat sel masing-masing, tidak berani masuk karena takut dibakar orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka minta negosiasi sama petugas. Mereka juga meminta jangan ada kekerasan," tuturnya.
Gabriel juga mengakui, kerusuhan yang terjadi di dalam lapas sebenarnya merupakan buah kekecewaan napi yang menuntut pemberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Remisi Narapidana.
Namun, sambungnya, tuntutan ratusan napi itu masih bisa diredam. "Sebenarnya tuntutan mereka terkait remisi narapidana. Tetapi pemicunya, karena saat hendak berbuka puasa, listrik mati dan kebetulan air di dalam pakai pompa sehingga listrik mati air juga tidak ada," tandasnya. (tribun medan/ton/irf/fer)