Tribunnews.com, Manado - Tiga ekor anoa betina yang berada di Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado, Sulawesi Utara, membutuhkan pejantan untuk upaya pengembangbiakannya.
"Satu ekor anoa saat ini sedang birahi, dan dia membutuhkan anoa jantan," ujar Peneliti BPK Manado, Diah Irawati Dwi Arini ketika ditemui Kompas.com saat sedang mengamati anoa di kandang buatan, Senin (15/7/2013).
Menurut Arini, jika pengembangbiakan secara alami tidak dapat dipenuhi, maka inseminasi buatan akan diterapkan sebagai upaya pelestarian anoa. Anoa merupakan satwa endemik pulau Sulawesi yang terancam populasinya karena sering diburu dan habitatnya yang ikut terancam.
Menurut data dari Kementerian Kehutanan, saat ini tersisa sekitar 5.000 ekor Anoa di alam liar. Populasi anoa diperkirakan kian menurun seiring desakan manusia atas kawasan hutan. Perburuan anoa untuk diambil daging dan tengkorak tanduknya juga menjadi pemicu fauna ini masuk dalam kategori terancam punah.
Ketiga ekor Anoa yang berada di kandang BPK Manado merupakan sumbangan dari Bupati Bolaang Mongondow Utara Hamdan Datunsolang pada tahun 2011 dan 2012. Anoa-anoa itu ditangkap oleh warga kemudian diserahkan ke Bupati.
BPK Manado bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara serta SEAMEO BIOTROP dan Fakultas Peternakan Unsrat lalu menjalankan program penangkaran anoa. Menurut Kepala BPK Manado Dr Ir Mahfudz MP, pengembangbiakan anoa secara alami terkendala ketiadaan anoa jantan.
”Tahun ini, inseminasi buatan akan dilakukan. Sumber sel sperma diambil dari Taman Safari Indonesia di Cisarua, Bogor,” ujarnya.