Laporan Wartawan Tribun Manado, Riyo Noor
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Sejak lama sampah menjadi masalah pelik di perairan Taman Nasional Bunaken (TNB). Tak ingin berdiam diri, segelintir warga pesisir tergerak memunguti sampah plastik tersebut.
Mereka bermodalkan perahu mesin tempel bantuan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Sulawesi Utara. Dari sampah plastik yang terkumpul mereka bisa menghasilkan uang untuk membiayai operasional kelompok yang berjumlah 19 orang.
Kawasan TNB di sekitar Pulau Bunaken menjadi wilayah kerja kelompok pimpinan Zakarias Likawa memburu sampah plastik. Sudah setahun dua bulan kelompok ini beroperasi. Sebulan belakangan beroperasi, mereka sudah mengumpulkan satu ton sampah plastik.
Menurut Zakarias, menggunakan dua unit perahu, tiga kali kelompoknya beroperasi selama sepekan memunguti sampah plastik. Karena banyaknya sampah, sehari mereka bisa memungut 100 kilogram.
"Paling banyak 100 kilogram lebih," kata Kepala Lingkungan II Kelurahan Bunaken ini kepada Tribun Manado, Sabtu (20/7/2013).
Sampah yang terkumpul kemudian mereka jual ke pengumpul. Satu kilogram sampah plastik botol yang sudah dihancurkan dihargai Rp 3.500. Sedangkan sampah gelas air mineral Rp 5.000.
"Kalau 1 ton kita jual bisa bawa pulang uang Rp 3,5 juta," ujarnya.
Persoalan sampah sejak dulu seakan tak ada habisnya, namun kenyataan itu tak membuat Zakarias patah arang. Saat musim hujan Zakarias hanya bisa menghela napas ketika menyaksikan sampah terapung di perairan. Apalagi saat musim angin barat, pesisir pantai taman laut tertutup sampah.
"Di sini parah sekali di musim hujan, sampah dari sungai menuju ke Bunaken semua. Bulan angin barat lebih parah lagi, saat arus bawa ke sini kita seperti berjalan di atas sampah," katanya.
Selain memunguti sampah, Zakarias dan kelompoknya mengaktifkan program bank sampah. Warga bisa menyetor sampah plastik, sedangkan hasil uangnya didebitkan dalam saldo pribadi di bank sampah. Setiap tiga bulan sekali warga bisa memperoleh jerih payahnya setelah sampah dijual.
Sayangnya, sejauh ini Zakarias mengaku hasil sampah belum maksimal menggaji kelompoknya, per bulan peserta kelompoknya memperoleh Rp 350 ribu.
"Yang membuat kami bertahan, kami ingin berbuat untuk menyelamatkan Bunaken dari sampah," katanya.
Badan Lingkungan Hidup Sulawesi Utara memperkirakan, sehari Kota Manado menghasilkan 1,2 ton sampah.
"Diperkirakan 30 persennya adalah sampah plastik," kata Kepala BLH Sulut Adry Manengkey.
Menurut dia, angka 30 persen merupakan potensi ekonomi yang bisa menghasilkan rupiah. "Banyak sampah mengartikan ekonomi meningkat, ini menjadi peluang menghasikan uang," katanya.
Peluang usaha lainnya yang belum banyak disadari masyarakat pada umumnya yakni mengelola sampah kompos. Permintaan kompos, kata Manengkey, cukup besar.
"Permintaan petani pedagang bunga per bulan 2,5 ton. Produksi kompos tak sebanding dengan kebutuhan.Sampah organik salah satu model untuk berbisnis yang baik. Kompos dulu untuk kebutuhan sesaat. Harus kelola secara profesional," kata dia.