Laporan Wartawan Pos Kupang Julianus Akoit
TRIBUNNEWS.COM, OELAMASI - Yohana Boimau (17), seorang gadis asal Batuputih, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), telah 'dijual' oleh sindikat perdagangan manusia (trafficking) ke Malaysia.
Kasus ini terungkap ketika tiga anggota keluarga korban, Ani Boimau, Ester Boimau, dan Rahel Isu, memergoki Yesti Sayuna, teman korban di Pasar Oesao, Sabtu (20/7/2013) siang.
Yesti Sayuna inilah, yang kali pertama mengajak korban meninggalkan rumahnya di Batuputih, tiga pekan lalu. Dia merayu Yohana akan dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga di Kupang. Tapi ternyata, korban masuk perangkap mafia perdagangan manusia.
"Kami sekeluarga sudah tiga minggu mencari Yohana Boimau. Adik kami itu, dibawa Yesti Sayuna," kata Ani Boimau, seraya menunjuk-nunjuk mata Yesti Sayuna, di Pasar Oesao, Sabtu (20/7/2013) siang.
Namun, Yesti Sayuna membantah tudingan keluarga korban. "Yohana Boimau diajak pergi oleh bos. Katanya, mau pergi kerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia. Bukan saya yang bawa dia ke Malaysia," elak Sayuna tak kalah sengit.
Keluarga korban mengajak Yesti Sayuna, menjelaskan perkara Yohana di hadapan polisi di Pos Polisi (Pospol) Pasar Oesao. Tapi, Yesti menolak mentah-mentah. Ia justru mempersilakan keluarga korban bertemu bosnya di Kelurahan Oebufu, Kupang.
"Saya bersedia antar ke rumah bos. Karena bos yang bertanggungjawab. Sebab mereka dua yang bersepakat. Bukan dengan saya," kilah Yesti Sayuna.
Akhirnya disepakati, mereka menunggu keluarga korban lainnya dari Batuputih untuk pergi menghadap bos-nya Yesti Sayuna yang bernama Yoksen Ndun.
Namun di hadapan wartawan, Yesti Sayuna meralat semua keterangan yang sebelumnya disampaikan kepada keluarga korban. Ia menduga, korban masih di rumah bosnya di Oebufu."Mungkin masih di rumah bos di Kelurahan Oebufu. Dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga," imbuhnya.
Selanjutnya, Yesti Sayuna memaparkan kronologi, mengapa korban mengikutinya ke Kupang. Yesti mengaku, bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah Noldy Sio, di Pasar Lili Camplong. Suatu ketika, ia minta izin pulang berlibur ke kampungnya, sekaligus menengok orang tua.
Yesti bertemu Yohana Boimau, saat korban sedang menyiram sayur di kebun. Dalam kesempatan perbincangan itu, korban menyatakan keinginan untuk bekerja sebagai pembantu rumah di Kota Kupang. "Dia (Yohana Boimau) bilang sudah bosan hidup di kampung. Apalagi tidak ada uang sepeser pun untuk beli bedak dan baju baru," tutur Yesti mengutip perkataan korban.
Yesti menyarankan korban meminta izin dulu kepada orang tuanya, Yusuf Boimau dan Ny. Rosa Kause. Namun korban menolak dengan alasan nanti tidak diberi izin.
Dengan mengendarai sebuah truk pengangkut pasir, Yesti dan korban tiba di rumah majikannya di Pasar Lili Camplong. Namun dua hari kemudian, majikannya menyuruh Yesti mengantar pulang korban ke rumahnya di Batuputih. Majikannya memberi ongkos jalan Rp 50.000.
Yesti dan korban sempat ke Batuputih, namun tidak ke rumah orang tua korban. Mereka menginap di rumah nenek korban bernama Ny. Fransina Nome. "Besok pagi dia menangis. Katanya takut dipukul orang tua, bila pulang ke rumah. Apalagi pergi selama tiga hari tanpa pamit. Dia bilang akan ke Kupang untuk cari kerja sebagai pembantu rumah tangga," jelas Yesti.
Karena jatuh iba, Yesti menemani korban ke Kupang. Mereka sempat tidur semalam di rumah kerabatnya di Kelurahan Sikumana. Keesokannya mereka berdua ke Pasar Oesao di Kupang Timur, bertemu dengan seorang agen perekrut TKW bernama Jack Ndoen.
"Di rumah Bos Jack, ada adiknya yang bernama Yoksen Ndoen. Yoksen bersedia mengurus keberangkatan Yuliana Boimau ke Malaysia. Dia mengajak dia pergi tidur di rumahnya di Oebufu," jelas Yesti.
Sejak berada di rumah Yoksen Ndoen, Yesti mengaku tidak melihat korban lagi hingga tiga minggu lamanya. "Jadi bukan karena saya jual teman saya kepada orang. Dia sendiri yang minta mau kerja di rumah bos," pungkas Yesti.