Laporan: Yarmen Dinamika | Banda Aceh
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi, dan Telematika (Dishubkomintel) Aceh memenuhi janjinya. Sejak medio Juli hingga Senin (5/8/2013) lalu, dinas ini telah memasang kembali baterai-baterai listrik tenaga surya (LTS) di lintas Seulawah, mulai dari Samahani hingga Saree, Aceh Besar. Kini pada malam hari, lintasan yang berhutan belantara itu kembali terang benderang.
"Memang kami targetkan, pada malam puncak arus mudik ke wilayah timur dari Banda Aceh, kawasan Seulawah sudah harus diterangi kembali oleh lampu listrik tenaga surya. Ini kontribusi kita untuk para pemudik," kata Kepala Dishubkomintel Aceh, Drs Said Rasul saat dihubungi Serambi, Selasa (6/8/2013) sore.
Di lintas Seulawah (dari Samahani, Aceh Besar hingga Laweung, Pidie) terdapat sekitar 200 LTS. Dari jumlah itu, 148 unit di antaranya dicuri baterainya, sehingga LTS tersebut tak bisa menyala. Banyak warga, termasuk sopir minibus mengeluhkan situasi itu, karena Seulawah gelap dan terkesan angker malam hari jika tanpa listrik penerang.
Untuk membenahinya, Dishubkomintel Aceh mendapat suntikan dana dari APBN sebesar Rp 200 juta. "Dengan dana sebesar itu hanya bisa diperbaiki sekitar 50 unit LTS yang baterainya tak ada lagi, karena dicuri," kata Said Rasul.
Mengingat masih banyak LTS yang belum menyala karena baterainya belum diganti, Dishubkomintel Aceh mengusulkan dana perbaikan melalui APBA untuk tahun 2014. "Mudah-mudahan usulan kami disetujui, sehingga tahun depan semua LTS yang tak menyala bisa berfungsi normal kembali setelah baterainya diganti," kata Said Rasul.
*Ditinggikan
Untuk mencegah agar baterai di tiang-tiang LTS itu tidak dicuri lagi, Dishubkomintel Aceh merancang teknik pemasangan baru. Baterai yang selama ini dipasang dalam boks besi pada ketinggian lima meter dari badan jalan, ditinggikan ke posisi hampir tujuh meter. Letak baterai itu kini berada di bagian ujung tiang, antara panel solar cell dengan lampu pijar. Pintu boksnya pun tak lagi menghadap ke jalan, melainkan membelakangi jalan. Boks besi itu juga dilas pintunya.
"Dengan cara seperti itu kita harapkan tak ada lagi orang yang mencuri baterainya. Harapan kita, di mana pun baterainya ditaruh, mohon jangan diambil. Pikirkanlah manfaat listrik tenaga surya tersebut untuk kepentingan publik, jangan hanya memikirkan keuntungan sendiri dengan menghalalkan semua cara," kata Said Rasul.
Sebagaimana pernah diberitakan, baterai-baterai curian itu dijual ke pasar gelap di Medan, Sumatera Utara, seharga Rp 500.000-Rp 1 juta. Sedangkan harga barunya di toko-toko resmi Rp 2 juta per unit. Tingginya harga jual, membuat pencuri sangat meminatinya. (*)