Laporan Wartawan Pos Kupang, Jumal Hauteas
TRIBUNNEWS.COM, KEFAMENANU--Lambertus Tahoni (50), warga RT 06, RW 02, Desa Subun, Kecamatan Insana Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Sabtu (10/8/2013), dikeroyok oleh keluarga dari anggota DPRD TTU, Theodorus Tahoni. Pengeroyoknya adalah Petrus Fina Naisoko, ayah dari Theodorus Tahoni dan dua adiknya. Pengeroyokan disaksikan istri korban. Namun Theodorus Tahoni mengaku tidak memukul korban, hanya melerai.
Kepada Pos Kupang di kediamannya, Minggu (11/8/2013), Lambertus Tahoni (50), menuturkan, peristiwa penganiayaan ini diduga dipicu oleh niat TT bersama ayah dan kedua adiknya untuk menguasai tanah warisan milik almarhum Stanislaus Fanu Tahoni, yang merupakan bapak angkat dari ayah TT, PFN.
Penganiayaan terjadi sekitar pukul 16:00 Wita, di rumah lambertus Tahoni. Saat itu PTN dan ketiga anaknya mendatangi rumah Lambertus Tahoni yang sedang mengatap rumah lopo peninggalan bapak besarnya, Stanislaus Fanu Tahoni, bersama sejumlah sanak keluarganya.
Namun karena menjelang malam, saat PTN bersama tuga anaknya datang, sejumlah sanak famili yang membantu Lambertus mengatap rumah lopo tersebut pulang ke rumah masing-masing. Bahkan PTN sempat mengatakan bahwa dirinya dan ketiga anaknya juga hendak mencari untuk mencabut rumput alang-alang guna mengatap rumah mereka.
Karenanya, sejumlah sanak famili Lambertus yang berada di kediamannya tidak menaruh curiga akan terjadi insiden penganiayaan tersebut. Karena dari sikap PTN tidak menunjukkan akan ada niat melakukan tindakan kejahatan.
"Saya dipanggil sampai tiga kali baru saya turun dari atas rumah. Dan karena mereka juga panggil baik-baik bahwa mereka ada perlu dengan saya, sehingga saya turun. Saya pikir mereka memang datang dengan niat baik untuk kami berdamai, karena memang selama ini kami belum pernah duduk minum sopi bersama untuk damai, sehingga saya turun," jelas Lambertus.
Tetapi setelah Lambertus turun, PTN bersama tiga anaknya langsung memberondongnya dengan pertanyaan, siapa yang memotong kayu-kayu yang ada di sekitar rumah Tahoni dan dijawab oleh Lambertus dialah yang memotong kayu-kayu itu untuk memperbaiki rumah lopo peninggalan bapak besarnya yang sudah mulai rusak.
"Saya langsung minta mereka untuk laporkan saja kepada pemerintah untuk diselesaikan di pemerintahan, jangan diselesaikan sendiri. Kemudian saya langsung mau jalan untuk menghindar. Tetapi Pak TT langsung bangun dan pegang tangan saya, lalu memutarnya ke belakang, dan pukul saya empat kali di pipi kiri saya," cerita Lambertus.
Setelah itu, PTN dan dua anaknya ikut mendekat dan menganiaya Lambertus bersama-sama dengan TT. Tidak hanya memukul, mereka juga mengikat kedua kaki Lambertus dan menyeretnya mengelilingi rumahnya, serta merusak salah satu jendela rumah Lambertus yang berada di bagian timur rumahnya.
Penganiayaan ini disaksikan istri Lambertus, Elisabeth Naimasu (44), anak-anaknya dan Hendrik Boik, yang ikut membantu Lambertus mengatap rumah lopo tersebut dan belum kembali. Elisabeth Naimasu sempat meminta maaf berulang-ulang kali kepada PTN bersama ketiga anaknya, namun keempatnya tidak menghiraukan. Akibat penganiayaan itu, Lambertus Tahoni menderita sejumlah luka lecet di muka, leher, daun telinga, hingga kedua kakinya yang terseret di tanah dan juga termakan ikatan tali. Kasus ini sudah dilaporkan ke Polres TTU untuk diproses lebih lanjut.
Anggota DPRD TTU, Theodorus Tahoni, melalui telepon, Senin (12/8/2013), mengakui pada Sabtu (10/8/2013) itu, dirinya bersama ayahnya Petrus Fina Naisoko dan dua adiknya berada di rumah Lambertus Tahoni untuk menanyakan siapa yang memotong kayu-kayu di tanah yang menjadi bagian mereka. "Yang pukul Lambertus Tahoni itu adik saya, bukan saya. Jadi, saya hanya melerai, bukan memukul. Informasi yang diceritakan Lambertus Tahoni itu sebagiannya benar, sebagiannya tidak benar. Saya ada rekaman videonya," ujanya.
"Benar bapak kandung saya memanggil dia (Lambertus Tahoni, red) sebanyak tiga kali baru dia turun. Kemudian ketika ditanya siapa yang potong kayu-kayu di tanah yang sudah menjadi bagian kami, dia langsung jawab dengan kasar dan hendak jalan meninggalkan kami. Benar saya yang bangun dan pegang tangganya agar dia tidak pergi. Saya tidak memukulnya, apalagi sampe tempeleng empat kali," tegas Tahoni dari balik telepon. *