News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Semuanya Biasa-Biasa Saja Pada Malam Udin Dianiaya

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Almarhum Udin

“Saya sebagai yuniornya, banyak belajar dari dia bagaimana membuat jaringan dan di lapangan saat mendengar cerita yang disampaikannya hampir setiap hari,” kenang pria yang akrab disapa Aldo.

Aldo yang saat itu duduk bersebelahan dengan Udin ketika di kantor, menceritakan satu hal yang paling dikenangnya sampai saat ini adalah beberapa hari sebelum kematiannya sempat mengajak dia dan teman-temannya ke kediamannya dan memamerkan koleksi terbarunya berupa mobil Civic. Ia, masih ingat betul saat itu rekannya memamerkan bagaimana mengemudikan mobil yang baru saja dibeli dari cucuran keringatnya.

“Saya tahu betul, Udin wartawan yang jujur tidak pernah menerima apapun dari narasumber dan justru banyak memberi ke mereka. Ia, mengajarkan kepada kami untuk membuka usaha yang tidak bertabrakan dengan profesi dan tidak mengandalkan dari profesi wartawan meski saat itu gaji kami bisa dibilang lumayan,” paparnya.

Irkhamhadi sesama wartawan Bernas rekan Udin, mengingat beberapa saat sebelum kejadian pada Kamis 7 Agustus 1996. Ketika itu, mereka berdua liputan ke Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta saat di tengah perjalanan Udin yang memboncengkannya sedikit kesal karena membuat berita bagus tidak disenangi apalagi membuat berita jelek tambah tidak disenangi. “Wis ta niati kok ir menulis berita yang bahaya-bahaya (sudah saya niati Ir menulis berita yang berbahaya),” tirunya mengenang Udin.

Udin, menurutnya pembawaannya serius, jarang bercanda dan lebih banyak bekerja. Kehidupan pribadinya, setahunya rekannya yang bertugas di Kabupaten Bantul tersebut sangat sayang kepada sang istri dan sering mengajak keluar untuk sekedar makan bersama. Irkhamhadi, mengaku pernah bertemu keduanya sedang makan jagung bakar di Alun-alun utara.

Lain halnya Philipus Jehamun, rekannya di Benas ketika itu mengaku tidak ada firasat apapun sebelum kematian Udin. Ia, mengenang Udin sebagai wartawan yang sangat rajin menulis dan tulisannya pun sangat banyak tetapi tidak banyak berkomunikasi dengan rekan-rekannya yang lain. “datang, mengetik dan kemudian pulang,” jelasnya.

Kenangannya yang paling membekas, ia mempunyai panggilan khusus pada Udin. Philipus menyebutnya dengan panggilan pak Kapolres karena badannya yang tegap dan tinggi besar dibandingkan rekan-rekannya yang lain. (ptt)

--
Milis ini hanya dibuat untuk kalangan terbatas. Anggota milis TRIBUNJOGJA dilarang menyebarluaskan isi milis ini kepada pihak luar. Yang suka nyebarin berarti Ndembik!

--
Milis ini hanya dibuat untuk kalangan terbatas. Anggota milis TRIBUNJOGJA dilarang menyebarluaskan isi milis ini kepada pihak luar. Yang suka nyebarin berarti Ndembik!
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini