Laporan Wartawan Surya,Sudarmawan
TRIBUNNEWS.COM,NGAWI - Puluhan petani asal Desa Gandri, Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi mencabuti tanaman padi miliknya.
Pasalnya, tanaman padi itu mati mengering karena kekurangan pasokan air irigasi selama musim kemarau tahun ini.
Para petani sudah tak memiliki akal untuk mensiasati agar tanaman padinya bisa berhasil hingga memasuki masa tanam.
Ini menyusul berbagai usaha dan upaya yang dilaksanakan para petani tak ada yang membuahkan hasil.
Akibatnya, petani membabat dan mencabuti tanaman padi lahan tanaman padinya lantaran gagal panen dan padinya mati mengering itu. Padahal, tanaman padi di lahan puluhan hektar itu, jika berdasarkan umur tanamannya siap panen beberapa pekan ke depan.
Salah seorang petani asal desa setempat, Sugondo (49) mengatakan jika para petani sudah putus asa.
Karena usahanya untuk mendapatkan air irigasi tak pernah membuah hasil sejak musim kemarau. Oleh karenanya, petani membabat dan mencabuti tanaman padinya yang mati mengering karena kekurangan pasokan air irigasi dan terserang hama wereng itu.
Paska dibabati, tanaman padi yang tak bisa keluar bulir padinya itu, rencananya akan dibakar petani.
"Luapan kekecewaan petani ini karena petani sudah mengeluarkan biaya banyak selama masa menjelang bercocok tanam hingga menjelang panen. Apalagi, saat menjelang masa panen tanaman padi mengering dan mati karena tidak adanya air irigasi. Bahkan mesin sumur pompa mati karena sudah tidak lagi mengeluarkan sumber mata air," terangnya kepada Surya, Jumat (27/9/2013).
Sugondo menambahkan, jika dirinya dan petani lainnya sudah kehabisan akal mengatasi kekeringan di lahan pertaniannya sebagai akibat dampak musim kemarau tahun ini. Alasannya, berbagai macam cara dan upaya sudah dilakukan untuk mengatasi kekeringan. Namun semua usahanya tak membuahkan hasil.
Kepala Bidang (kabid) Hama dan Penyakit Tanaman, Dinas Pertanian Pemkab Ngawi, Edy Suwarno menyatakan berdasarkan data laporan yang masuk ke dinasnya ada seluas 518 hektar tanaman padi gagal panen karena kekeringan dan kekurangan pasokan air.
Selain itu, tanaman lainnya yang mengalami gagal panen adalah jagung dengan luasan hamparan 8 hektar. Gagal panen itu terjadi di 4 kecamatan yakni Ngawi, Geneng, Pitu, dan Karanganyar. Selain itu, Edy mengungkapkan tanaman padi yang mengalami kekeringan berusia antara 60 sampai 70 hari.
Untuk sampai ke masa panen, dibutuhkan sedikitnya tiga kali pengairan dengan waktu enam hingga delapan jam per hari. Kini, kata Edy diprediksi bencana kekeringan akan meluas ke tiga wilayah kecamatan lainnya. Yaitu Kecamatan Paron, Widodaren, dan Kecamatan Sine.
Alasannya, air yang mengairi tiga wilayah tersebut berasal dari daerah yang lebih dulu mengalami kekeringan berrdasarkan topografinya.
Sementara berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Ngawi, terdapat 39 desa di 10 wilayah Kecamatan yang mengalami kekeringan. Kekeringan itu masuk dalam kategori rawan kekeringan tingkat I adalah Kecamatan Mantingan, Karanganyar, Widodaren, Kedunggalar, Pitu, Beringin dan Karangjati. Rawan kekeringan tingkat II Kecamatan Geneng, Ngawi, dan Gerih.