Selama berjualan es di kampus, Widri kadangkala harus menanggung rugi karena cuaca tidak bersahabat. Bila menghadapi situasi seperti itu, laki-laki itu pun memilih membagikan es kacang hijau pada teman-teman kuliahnya secara gratis.
Biasanya, lanjut Widri, sehari setelah membagi-bagikan es kacang hijaunya, dagangannya malah makin lancar dan laris. “Kalau rata-rata, sehari bisa mendapat keuntungan sekitar Rp 100 ribu. Cukup untuk biaya kuliah dan biaya hidup di Solo,” katanya.
Meski harus berjualan es di depan kampusnya dan para konsumennya adalah teman kuliahnya, Widri mengaku tidak pernah merasa rendah diri. Bahkan, ia makin termotivasi untuk belajar lebih baik. Hasilnya, ia berhasil menyelesaikan studinya hanya dalam tiga tahun sembilan bulan dengan predikat cumlaude.
Sebagai bentuk suka citanya menyelesaikan kuliah, setelah resmi diwisuda Senin (28/10/2013) lalu, Widri memenuhi nazarnya menggenjot becak dari Solo menuju Sragen dalam waktu empat jam.
Kini, putra ketiga dari pasangan Paino Notowiyono dan Mulyati tersebut ingin merantau ke Australia untuk belajar beternak sapi. Untuk mendukung cita-citanya, Widri kini harus bolak balik Solo-Kediri untuk kursus bahasa Inggris.
"Aku punya jiwa wirausaha yang tinggi dan menurutku beternak sapi itu prospeknya bagus," tandas peraih IPK 3,55. (galih priatmojo)