TRIBUNNEWS.COM, BANJARBARU - Duka masih menyelimuti keluarga besar almarhum Kapten CZI Sardi, satu dari 13 korban tewas jatuhnya Helikopter MI-17 di Malinau, Kalimantan Utara, Sabtu (9/11/2013).
Dartowiyono, ayah almarhum sengaja datang dari Boyolali, Jawa Tengah ke kediaman putranya di di Komplek Guntung Paring RT 36 RW 03, Banjarbaru Kalimantan Selatan, Senin (11/11/2013), tampak sabar menghadapi musibah tersebut. Saat itu, dirinya tengah berada di sawah.
"Saya dipanggil seorang warga untuk pulang ke rumah. Sempat bertanya ada apa diminta pulang ke rumah," tuturnya.
Sesampai di rumah lelaki paruhbaya itu melihat banyak orang berkumpul di kediamannya. Namun tak satu pun warga berani berbicara tentang kecelakaan yang menewaskan anaknya. Setelah itu Dartowiyono mengaku diminta masuk dan duduk untuk mendengarkan cerita.
Selama satu bulan terakhir dia mengaku intens berkomunikasi via telepon dengan anaknya. Semasa hidupnya, almarhum pekerja keras dan tidak malu untuk bekerja apa saja asalkan halal.
Dartowiyono mengaku tidak memiliki perasaan apa-apa, sebelum tragedi menimpa putranya. Hanya,dia bermimpi aneh pada malam sebelum peristiwa jatuhnya Helikopter yang mengangkut 19 penumpang itu.
Dalam mimpinya itu ada yang menaikkan bendera merah putih namun tiba-tiba bendera itu jatuh. "Bendera naik hanya sampai di pertengahan, dan tiba-tiba jatuh ke tanah,"ujarnya.
Suyitno, teman satu angkatan almarhum mengenang sahabatnya itu sebagai sosok pekerja keras. Dia dan almarhum sudah bersama sejak awal tugas di Denzipur 8 Banjarbaru.
"Almarhum sosok cerdas. Soal ilmu orangnya keras, dan jarang mengeluh," ceritanya.