Laporan Reporter Tribun Jogja, Ekasanti Anugraheni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sehari pascaletusan freatik Merapi, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan geologi (BPPTKG) Yogyakarta Subandriyo menegaskan bahwa kondisi Merapi masih normal.
Tidak ada perubahan morfologi Merapi maupun aktivitas lainnya. Meski demikian, ia meminta agar warga tetap mewaspadai daerah aliran sungai untuk mengantisipasi potensi lahar hujan.
Sesuai estimasi BPPTKG Yogyakarta, diperkirakan masih ada 60 juta meter kubik material sisa erupsi Merapi 2010. Material Merapi tersebut rentan menyebabkan lahar hujan jika terjadi hujan ekstrim dengan intensitas hujan lebih dari 100 mm/hari.
"Tapi ada perubahan karakteristik material Merapi. Material abu sudah berkurang sehingga tidak mudah terbawa hujan. Ada kalanya hujan intensitas tinggi tapi tidak terjadi lahar hujan," paparnya.
Untuk mengantisipasi potensi banjir lahar hujan, BPPTKG masih memanfaatkan sekitar 20 stasiun pemantauan yang tersebar di 11 sungai yang rawan terjadi banjir lahar dingin. Kesebelas sungai itu antara lain Kali Woro, Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Krasak, Kali Putih, Kali Trisik, Kali Senowo, Kali Apu dan Kali Pabelan.
Sebelumnya, Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Tony Agus Wijaya menjelaskan bahwa wilayah DIY masih berpotensi hujan deras hingga akhir pekan ini.
Hal itu, dikarenakan adanya gangguan cuaca jangka pendek akibat adanya daerah pertemuan angin. Gangguan cuaca jangka pendek ini telah terjadi sejak beberapa hari lalu hingga akhir pekan ini.
"Ada gangguan cuaca jangka pendek sehingga ada penambahan curah hujan di luar kondisi normal, lebih dari 50 mm/hari. Padahal sekarang masih awal musim hujan," ucap Tony.
Idealnya, pada awal musim penghujan, kondisi cuaca DIY cenderung berawan dengan hujan berintensitas ringan atau sedang. Ukurannya di bawah 50 mm/hari. Namun, karenanya adanya gangguan itu, intensitas hujannya semakin tinggi.
"Yang perlu diwaspadai jika pada puncak musim penghujan, Januari 2014, juga terjadi gangguan cuaca jangka pendek sehingga intensitas hujannya semakin tinggi," tuturnya.