Laporan reporter Tribun Jateng, Galih Priatmojo
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Mendung menggelayuti dunia kesenian Indonesia. Seorang seniman besar Slamet Gundono wafat. Seniman yang dijuluki sebagai dalang kontemporer tersebut meninggal di usia 48 tahun.
Slamet meninggal, akibat komplikasi penyakit dalam yang menggerogoti kesehatannya dalam setahun terakhir.
Slamet Gundono masuk RSI Yarsis Solo pada 31 Desember 2013 malam lalu sudah dalam kondisi sangat lemah.
Dua hari terakhir, dia sudah dalam kondisi koma, hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Minggu (5/1/2014) pukul 08.30 WIB di Ruang ICU rumah sakit tersebut.
"Mas Gundono meninggal dengan tenang meskipun dalam kondisi kritis selama beberapa hari. Dokter sempat memasang alat bantu pernapasan namun sudah tidak berfungsi. Saat ini jenazah masih di RSI Yarsis" ujar penari Fafa Utami, yang saat ini sudah berada di rumah sakit menemani keluarga Gundono.
Menurut keluarga, Gundono menderita penyakit diabetes sudah cukup lama. Penyakit itu kemudian menyebabkan komplikasi dan mempengaruhi kerja organ dalam lainnya.
"Kondisi terakhir beliau juga mengalami gangguan fungsi jantung, liver, paru-patru dan ginjal," lanjutnya.
Gundono yang akrab dipanggil Slamet Gundono lahir di Tegal, 19 Juni 1966, dari keluarga dalang. menghabiskan masa kecil di kampung halaman dan pesantren, Gundono kemudian masuk Jurusan Teater di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Hanya bertahan bertahan beberapa semester di IKJ, dia kemudian pindah ke Jurusan Pedalangan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (sekarang kini ISI Solo) hingga lulus.
Kemunculan Gundono sebagai sosok dalang dan seniman kreatif dimulai sejak tahun 1995. Dia menggegerkan panggung festival dalang di Solo yang digelar untuk peringatan 50 tahun Indonesia Merdeka.
Gundono yang saat itu tampil di luar pakem menimbulkan perdebatan panjang antara panitia, juri, pengamat, hingga khalayak umum.