TRIBUNNEWS.COM JENEPONTO.- Pemberitaan terkait Presiden RI SBY yang secara mendadak mengumpulkan sejumlah menteri untuk meminta kebijakan kenaikan harga gas elpiji 12 kg, membuat pengecer gas elpiji di Jeneponto memilih untuk tidak membeli.
Seorang pedagang eceran elpiji 12 kg Toko Rahmat di Kampung Kalukuang, Kelurahan Balang Toa, Kecamatan Binamu, H Syaripuddin memilih tidak membeli gas elpiji 12 kg setelah stoknya kehabisan.
"Saya tidak mau beli karena saya lihat akan ada penurunan harga. Saya dengar Presiden SBY minta agar diturunkan, makanya saya stop dulu. Takutnya saat beli mahal harganya turun. Itu yang kami takutkan," paparnya, Senin (6/1/2014).
Namun tidak sedikit pengguna elpiji seperti penjual gorengan dan kopi di pasar induk Karisa tetap mengeluhkan kenaikan harga tersebut.
Sama halnya dengan Sitti Daeng Ada. Penjual pisang goreng ini mengaku heran dengan kebijakan pertamina dan para agen gas. "Naikkan harga juga tinggi sekali sampai 80 persen. Dari yang biasanya kami beli Rp 80 ribu/tabung sekarang jadi Rp 145 ribu/tabung. Padahal pisang goreng yang saya jual harganya tetapji," ujarnya.
Hal tersebut berdampak pada pendapatan mereka yang pasti berkurang atau hanya kembali modal. Dan susah menabung untuk keperluan sekolah anak-anaknya.
"Kalau bisa pemerintah agar menindak tegas agen elpiji yang nakal yang menjual hingga harga yang tidak masuk akal," tambahnya.
Berbeda dengan agen elpiji Toko Tanjung di Bontosunggu, H. Nai. Dirinya sudah dua kali turun ke Makassar untuk mengambil gas elpiji namun selalu kosong.
Sementara agen lainnya, Jaharia Sage mengaku kehabisan stok elpiji 12 kg," sekarang memang tidak ada stock jadi kami tidak mau sebutkan harganya yang pasti," paparnya.(Won)