News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kondisi Sinabung Makin Mengkhawatirkan

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gunung Sinabung meluncurkan lava pijar saat erupsi terlihat dari Desa Suka Ndebi, Kabupaten Karo, Sumut, Minggu (5/1/2014) dini hari. Aktivitas Gunung Sinabung terus meningkat ditandai dengan munculkan lava pijar dan luncuran awan panas. (TRIBUN MEDAN/DEDY SINUHAJI)

TRIBUNNEWS.COM, KARO - Kondisi Gunung Sinabung di Sumatera Utara kian hari semakin mengkhawatirkan. Terutama bagi masyarakat yang menghuni desa di sekitar lereng gunung yang terletak di Kabupaten Tanah Karo ini.

Aktivitasnya terdeteksi terus meningkat sehingga mengancam ternak dan lahan pertanian setempat. Kepala Tim Pemantau dan Penyelidikan Gunung Sinabung, I Gede Suwantika, mengungkapkan kondisi ini masih akan terus terjadi dalam beberapa waktu ke depan.

Erupsi yang intens terjadi belakangan ini merupakan bentuk pembebasan energi vulkanik yang terjadi di dalam perut Sinabung.

"Ya, sulit diprediksi. Beginilah tanda gunung api aktif. Aktivitasnya berlangsung lama. Laharnya tidak keluar sekaligus. Seperti sekarang ini erupsinya terus menerus dan muntahan material di dalamnya pun keluar sedikit demi sedikit," kata Suwantika, Sabtu (11/1/2014).

Menurutnya, letusan yang terjadi berangsur-angsur ini lebih mengecilkan risiko besar yang diakibatkan Sinabung. Sebab, kata dia, jika terjadi letusan besar dengan muntahan material dan lahar sekaligus, maka akan lebih merepotkan.

"Dampaknya pun bisa lebih buruk dari sekarang ini. Itu sebabnya kita semuanya harus tetap siaga," katanya.

Gunung yang pertama kali meletus pada September 2013 lalu itu sampai saat ini masih terus memuntahkan debu vulkanik, awan panas, dan lahar panas yang mengancam keselamatan mahluk hidup di sekitarnya. Sebelumnya, ini juga terjadi pada 2010. Padahal, Sinabung sempat dinyatakan tidak aktif selama 1.600 tahun lalu.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, mengungkapkan, meski gempa hibrid sebagai indikator pembentukan kubah lava mengalami penurunan, kemarin, gempa vulkanik dalam justru meningkat. Tremor masih terus-menerus sehingga diprediksi gunung yang berada di Kabupaten Tanah Karo ini masih akan terus meletus.

"Status Awas (level IV) masih ditetapkan dengan radius 5 km dan 7 km di sisi tenggara selatan harus kosong dari penduduk," kata Sutopo, kemarin.
Terjadi erupsi beberapa kali dengan tinggi 1-5 km disertai luncuran awan panas ke tenggara- selatan 1-4,5 km dan ke timur 1 km. Beberapa rumah di Desa Kutarakyat dan Namanteran rusak karena hujan pasir dan abu vulkanik 5-10 cm.

Debu vulkanik tebal 5-10 cm menjadi lumpur terkena hujan. Ribuan hektar lahan pertanian dan perkebunan di Karo rusak. Hujan abu hingga Medan dan sekitarnya karena terbawa angin ke timur.

Awan panas sudah masuk ke sungai di barat Berastepu sehingga timbul letusan sekunder karena kontak material panas dan air sungai. Tidak ada korban jiwa dari dampak langsung erupsi Sinabung.

Jumlah pengungsi terus bertambah. Pada Sabtu sore, ada 25.516 jiwa atau 7.898 kepala keluarga tersebar di 38 titik. Logistik mencukupi 2-7 hari ke depan. Beberapa titik pengungsian baru masih perlu tambahan logistik dan sarana. Belum bisa dipastikan hingga kapan harus terus di pengungsian. TRIBUN MEDAN

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini