TRIBUNNEWS.COM, PAMEKASAN - Sudah setahun lamanya, Sanideh (68), warga Dusun Nanggher, Desa Panaguan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, menderita penyakit kanker di lehernya.
Sudah banyak dokter dan "orang pintar" didatanginya. Namun, penyakitnya tak kunjung sembuh.
Lantaran tak lagi ada biaya untuk mengobati penyakit tersebut, ia akhirnya terpaksa pasrah terbaring lemas di rumahnya yang hanya berdinding bambu anyaman.
Karena penyakitnya yang parah itu, Sanideh hanya mengandalkan asupan cairan melalui infus dan satu sendok air sehari, sekadar untuk membasahi bibirnya. Sanideh juga tidak bisa lagi bersuara.
Keempat anaknya yang sudah memiliki keluarga sendiri-sendiri secara bergantian merawatnya. Termasuk anaknya yang sudah ada di Jawa, sesekali datang menjenguknya.
"Sambil bekerja di kebun, saya dan saudara lainnya bergantian menjaga ibu," kata Suadah, anak pertama, Senin (13/1/2014).
Di saat bersamaan, kakak ipar Sanideh, Mardiyeh, juga jatuh sakit karena usianya yang sudah sepuh. Jadilah rumah berukuran 3x2 meter dengan dinding berlapis karung gula itu dihuni dua orang tua yang sudah sakit.
Mardiyeh tidur di lantai beralaskan tikar. Sedangkan Sanideh tidur di atas ranjang bambu.
"Jadi bertambah bebannya kalau dua orang sakit sekaligus. Sementara biaya kami tidak ada karena pemerintah tidak pernah memberi kami bantuan," ungkap Suadah.